"Gara-gara bom Jakarta, ribuan turis penumpang kapal pesiar batal ke Surabaya," begitu tulisan postingan di grup WhatsApp milik direktur salah satu museum bersejarah di Surabaya, Jumat (15/1), tepat sehari setelah peristiwa peledakan bom dan baku tembak di kawasan Sarinah, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat.

Ia meneruskan postingannya, intinya, turis akan berjalan-jalan keliling Surabaya, kemudian mampir di museum, sentra usaha kecil menengah dan pusat perbelanjaan itu.

Beragam komentar bersahutan, sama semua, menyayangkan pembatalan kunjungan 1.500 kapal pesiar berbendera Belanda, MS Volendam.

Tapi komentar-komentar itu berubah menjadi sumringah, bahkan dipenuhi "emoticon" kepuasan, setelah direktur perempuan itu memposting lagi tulisan yang menerangkan kunjungan 15 wisatawan asing ke Surabaya selama 14 hari itu, hanya beberapa hari setelah bom terjadi.

"Siap-siap Surabaya kedatangan tamu asing yang di sini tak sekadar berkunjung, tapi belajar membuat kuliner tradisional dan memahami budaya lokal," tulisnya.

Surabaya dipilih menjadi satu dari sejumlah Negara yang akan dikunjungi wisatawan yang tergabung dalam "Tourism Promotion Organization for Asia Pasifik Cities" (Organisasi Pariwisata se-Asia Pasifik).

Wisatawan gabungan asal Korea Selatan, Malaysia, Jepang dan Tiongkok itu mengunjungi berbagai lokasi wisata seperti kawasan sejarah, pasar rakyat, sentra UKM, hingga kampung Gundih yang keramahannya mendunia. Bahkan mereka membuat sendiri jajanan klepon, kue khas Indonesia.

"Ini membuktikan kalau bom di Thamrin tidak terlalu berpengaruh signifikan", "Dunia pariwisata terus bergeliat", "Selamat datang turis-turis di Surabaya", "Belum berwisata namanya kalau tak keliling Kota Buaya", begitu beberapa tulisan komentar-komentar pengikut grup itu.

Tidak Hanya Indonesia
Ya, meski jumlahnya jauh dan tidak sampai 1 persen dari jumlah penumpang kapal pesiar MS Volendam (15.000:15), namun sudah cukup membuktikan Indonesia, khususnya Surabaya aman dikunjungi, kendati ada ancaman teroris di Ibu Kota.

Beberapa hari lalu, penulis bertemu seseorang yang bekerja di agen perjalanan Bayu Citra Persada, yang kerap menemani turis domestik maupun mancanegara berkeliling Tanah Air. Ayu, namanya, bercerita bahwa permintaan memandu wisata dari tamu asing tidak terlalu surut meski teroris beraksi.

"Tidak berpengaruh tinggi. Saya pernah membahasnya bersama tamu asing, mereka bilang kalau teroris tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di sejumlah Negara lainnya. Jadi, mereka sudah pintar dan mengerti bahwa teroris itu bukan di Indonesia saja," ucapnya.

Di sisi lain, tagar #KamiTidakTakut yang diramaikan nitizen dan menjadi perhatian publik membuktikan bahwa masyarakat tidak lantas berdiam diri menunjukkan ketakutannya, tapi malah sebaliknya, hampir seluruh komunitas di Indonesia kompak melawan terorisme, termasuk ledekan tentang teroris yang kapok "nge-bom" Jakarta karena hanya menjadi ajang selfie. Akhirnya justru menjadi "wisata teroris", heheehe...

Fakta itu juga diakui Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, Jarianto. Kendati belum memiliki data pasti, namun jumlah kunjungan wisatawan yang diterimanya dari laporan di lapangan, menunjukkan tak terpengaruhnya ancaman terorisme.

"Indonesia itu luas dan tidak hanya Jakarta. Silakan siapa saja berkunjung dan dijamin nyaman," katanya.

Penjabat Bupati Trenggalek itu mengaku optimistis sektor pariwisata di wilayahnya tak akan "mandeg", bahkan akan terus bergeliat seiring bervariasinya destinasi yang membuat pengunjung semakin mempunyai pilihan.

Di Jatim, salah satu yang menjadi proyek besar dan andalan adalah Lingkar Wilis yang mulai tahun ini sudah mulai dikerjakan pembangunan sarana dan prasarananya.

Lingkar Wilis berada di Gunung Wilis yang berada di enam daerah, yakni Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Nganjuk.

Potensi wisatanya berupa destinasi yang melingkari Gunung Wilis seperti cincin sehingga dinamakan Lingkar atau Cincin Wilis.

Di sana yang dijual alam atau pemandangannya indah luar biasa. Tingkat kedinginannya melebihi daerah Gunung Bromo sehingga diperkirakan akan menyaingi Bromo sebagai wisata andalan di Jatim.

Dari segi inovasi dan layanan, Pemprov akan memperbanyak layar sentuh yang fungsinya menginformasikan kepada siapa saja terkait destinasi wisata di Jatim. Layanan melalui pesan singkat juga tidak berhenti, serta memperbanyak daerah menggunakan pemasaran secara digital.

Jangan dilupakan juga sosial media yang ada seperti Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, WhatsApp, dan yang lainnya, yang sudah aktif mewarnai dunia maya.

Target
Tahun ini, sebanyak 50 juta wisatawan Nusantara ditargetkan mengunjungi Jatim. Jumlah itu lebih banyak 10 persen dari target tahun 2015 yang mencapai sekitar 48,5 juta orang. Begitu juga untuk jumlah wisatawan mancanegara, yang diharapkan mencapai 600 ribu orang lebih datang berkunjung.

Setiap tahunnya, jumlah wisatawan dalam maupun luar negeri mengalami peningkatan signifikan, rinciannya yakni pada 2014 jumlah wisatawan domestik sebanyak 45,2 juta orang dan meningkat 48,5 juta orang pada 2015.

Kemudian, jumlah wisatawan asing pada 2014 mencapai 463 ribu orang, sedangkan tahun berikutnya lebih dari 521 ribu orang lebih.

Semakin meningkatnya jumlah kunjungan membuktikan bahwa destinasi wisata di Jawa Timur mendapat pengakuan publik, terlebih pemandangan alam maupun wisata buatan yang ada disambut positif.

Bagi anda yang masih merasa takut, khawatir dan ragu berwisata dengan alasan takut teroris, kini jangan lagi. Buang jauh-jauh perasaan itu. Datang, lihat dan jadilah saksi keindahan Bumi Indonesia, terutama Jawa Timur.

"Rek Ayo Rek..Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan... Rek Ayo Rek...Rame-Rame Bebarengan...". (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016