Surabaya, (Antara Jatim) - Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada triwulan IV-2015 yang dilakukan Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur menyebutkan dunia usaha di wilayah setempat menunjukkan optimisme peningkatan kinerja dibanding dengan triwulan III-2015.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Benny Siswanto, Jumat mengatakan, peningkatan itu tercermin dari indikator realisasi kegiatan usaha dengan nilai saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 16,47 persen, atau lebih tinggi 2,93 persen dibandingkan pada triwulan III-2015.

"Salah satu faktor pendorong peningkatan kegiatan usaha tersebut karena adanya peningkatan optimisme di hampir seluruh sektor, dengan rata-rata kapasitas produksi terpakai pada triwulan IV-2015 pada level 82,29 persen," kata Benny dalam keterangan persnya di Surabaya.

Selain itu, kemampuan dunia usaha Jatim dalam menyelesaikan kewajiban hutangnya juga menunjukkan perbaikan, tercermin pada data kondisi rentabilitas dari Saldo Bersih (SB) yang mencapai 10,54 persen.

Ia menyebutkan, secara sektoral ada 3 jenis usaha utama di Jawa Timur yang mengalami peningkatan, yakni pertanian, industri pengolahan serta perdagangan hotel dan restoran (PHR), yang terpantau meningkat masing-masing sebesar 3,51 poin, 3,26 poin dan 3,78 poin. 

"Salah satu penyebabnya adalah momen Natal dan Tahun baru yang ditengarai menjadi pendorong optimisnya dunia usaha dengan permintaan dalam negeri yang masih tinggi," katanya.

Sementara pada Triwulan I-2016 dunia usaha Jatim masih menunjukkan ekspektasi positif, tercermin pada kapasitas produksi yang tercatat relatif stabil dari 82,80 persen pada triwulan III-2015 menjadi 82,29 persen pada triwulan IV-2015 yang bertahan hingga saat ini.

"Optimisme pada 2016 juga dikarenakan adanya keyakinan beberapa pengusaha akan adanya peningkatan kegiatan ekonomi yang didukung oleh paket-paket kebijakan ekonomi pemerintah," katanya.

Untuk sektor industri pengolahan, kata Benny, juga cenderung meningkat dari kapasitas produksi 70,49 persen menjadi 76,52 persen, hal ini karena adanya dorongan pada peningkatan subsektor semen dan barang galian bukan logam, barang kayu, hasil hutan, kimia, barang dari karet, serta subsektor logam dasar, besi dan baja.

"Dari sisi harga jual, dunia usaha Jatim mengalami tekanan dan sedikit melambat pada triwulan IV-2015, hal itu tercermin dari penurunan indikator harga jual barang atau tarif sebesar -1,38 poin dibandingkan triwulan sebelumnya dengan saldo bersih tertimbang (SBT) 23,82 persen," katanya.

Sementara itu, terkait isu penurunan tarif energi seperti listrik, BBM dan gas pada Januari 2016 diperkirakan juga akan menjadi pemicu utama perlambatan ekspektasi terhadap kenaikan harga jual yang tercatat turun sebesar 5.60 poin dengan SBT sebesar 20,99 persen.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Akhmad Munir


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016