"Selamat sore, Bapak, Ibu, perkenalkan saya Mohammad Rofiq dari Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi," ucapnya saat memperkenalkan diri di dalam bus yang penuh wisatawan dari Surabaya.

Pria paruh baya yang juga pembina Pokdarwis (kelompok sadar wisata) di Banyuwangi itu memperkenalkan dirinya saat memasuki sebuah bus yang berisi rombongan wisatawan dari Surabaya.

Wisatawan yang hendak menikmati suasana "sunset" di Pantai Pulau Merah itu sempat mendapat pertanyaan darinya: mengapa mereka ingin berkunjung ke Pulau Merah...

Tentu saja jawaban para wisatawan yang terdiri atas bapak, ibu dan anak-anak itu beragam. Namun sebagian besar di antara mereka mengaku ingin melihat dari dekat objek wisata yang lagi kondang di Tanah Air yang terletak di Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi.

Menurut dia, banyak objek wisata yang kini gencar dipromosikan oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang dinilai berani "melawan arus" dari masyarakatnya sendiri.

"Seperti mengundang peselancar dari negara lain untuk 'menikmati' ombak Pantai Pulau Merah, banyak warga yang melecehkan dan mengatakan tidak mungkin," tukasnya.

Namun kenyataannya, gebrakan bupati yang kini terpilih untuk periode 2015-2020 itu membuat masyarakat Banyuwangi sekarang "sombong-sombong".

Betapa tidak, tutur PNS yang telah empat tahun bertugas memandu wisatawan itu. "Sekarang, rumah tinggal yang berada di sepanjang jalan menuju Pulau Merah itu tidak ada yang jelek, karena bangunan rumah yang tertata rapi dan bersih itu banyak tertulis 'homestay' terpampang di depan rumah," paparnya.

"Mereka sudah pandai mematok harga mulai dari Rp500 ribu hingga Rp1,5 juta per rumah per hari dengan dua sampai tiga kamar lengkap dengan fasilitasnya. Apalagi hari Sabtu-Minggu dan hari libur,  banyak wisatawan yang berdatangan," ujar Rafiq yang merasa kewalahan memandu kedatangan wisatawan yang datang melalui Kantor Dinas Pariwisata.

Ia menyebut Mas Budi sebagai salah seorang warga asal desa setempat yang merasakan beruntung dengan dibukanya objek wisata baru itu. Betapa tidak beruntung, lhawong sehari bisa meraup penghasilan sekitar Rp300 ribu kalau sepi pengunjung hingga Rp1,5 juta di hari libur dari hasil usaha penyewaan kursi dan payung pantai miliknya.

Selain Mas Budi, banyak juga penduduk sekitar objek wisata itu yang menikmati melimpahnya kunjungn wisatawan, diantaranya para penjual minuman buah degan, penjual gorengan, dan bahkan mereka yang membuka jasa toilet, sekalipun dengan tarif hanya Rp2.000 per orang, maka bisa dihitung penghasilan yang mereka peroleh per hari.

Tidak ketinggalan juga penduduk yang tinggal di sekitar objek wisata lainnya di Banyuwangi, seperti Pantai Boom maupun penduduk di Desa Kemiren yang menyuguhkan kesenian adat lengkap dengan sajian kuliner khasnya.

"Begitu juga para pengusaha yang bergerak di bidang usaha kecil menegah (UKM) dengan berbagai produk andalan, semuanya berlomba 'menyombongkan' diri utuk meraih kesejahteraan yang kini terbuka luas," ungkap Rafiq yang juga membuka industri rumahan sirup jahe merah itu. (*)

Pewarta: FAROCHA

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016