Tulungagung (Antara Jatim) - Sejumlah petani bunga krisan dan ester di lereng Gunung Wilis, Desa
Geger, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, optimistis
prospek usaha agrowisata bunga itu, mengingat kini mereka masih
kesulitan memenuhi kebutuhan pasar lokal.


"Usaha persemaian dengan konsep agrowisata ini masih sangat mungkin
berkembang, karena untuk memenuhi pasar lokal saja kami belum mampu.
Jadi potensi (pasarnya) masih besar sekali," ujar salah satu petani
bunga krisan dan ester di lereng Gunung Wilis, Desa Geger, Bambang Sulis
Winarto, Sabtu.


Jumlah petani bunga krisan dan ester yang biasa digunakan sebagai
bunga hias untuk karangan bunga ataupun dekorasi pesta pernikahan
ataupun acara-acara seremonial tersebut saat ini masih tergolong
sedikit.


Di Tulungagung, sentra persemaian bunga krisan dan ester hanya ada di lereng Gunung Wilis, Desa Geger.


Sejak dirintis sekitar lima tahun silam oleh kelompok aktivis
keagamaan dan lembaga swadaya masyarakat, saat ini baru ada 40 orang
yang tergabung dalam beberapa kelompok tani, dengan jumlah petak
persemaian mencapai 13 unit rumah hijau atau "green house".


"Satu unit green house bisa ditanami bunga krisan dan ester antara 5
ribu hingga 15 ribu batang. Penanaman biasanya tidak bersamaan dengan
masa panen sekitar tiga bulan sekali," terang Bambang.


Ia tidak merinci perbandingan antara volume pasokan dari sentra
agrowisata dengan kebutuhan riil bunga krisan pasar lokal Tulungagung
dan sekitarnya.


Bambang hanya memperkirakan kemampuan pasokan bunga krisan dan
ester untuk memenuhi pasar kembang tradisional setempat berkisar antara
50-60 persen.


Selebihnya pasokan diambil dari Kota Batu, Malang ataupun beberapa daerah lain.


"Dengan panen yang hanya bisa tiga bulan sekali, tidak serempak,
dan risiko gagal panen akibat serangan hama dan lain-lain, sementara
permintaan hampir tiap hari, maka masih sulit memenuhi kebutuhan pasar
lokal," ujarnya.


Ia berharap, sentra agrowisata bunga krisan di wilayah Desa Geger bisa terus berkembang.


Tidak hanya dengan menumbuhkan kelompok tani-kelompok tani, tetapi
juga merangsang masing-masing individu petani maupun investor untuk
lebih mengembangkan sentra persemaian bunga krisan tersebut di kawasan
lereng Gunung Wilis.


Menurut Bambang, salah satu perangsang minat petani untuk beralih
dari pertanian tradisional ke persemaian bunga krisan dan ester adalah
bergantung pembinaan pemerintah daerah melalui dinas terkait.


"Pembinaan, pelatihan, serta bantuan modal usaha penting untuk
merangsang petani agar lebih termotivasi dalam mengembangkan usaha
persemaian bunga krisan dan ester yang masih memiliki pangsa pasar luas
tersebut. Jangan hanya kelompok tani yang `diopeni" (dibina) tetapi juga
individu-individu petani yang ingin mandiri," kritik Bambang. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016