Madiun, (Antara Jatim) - Berdiri sejak tahun 1981, PT Industri Kereta Api (INKA) yang teletak di Kota Madiun, Jawa Timur, tentu tidak dapat dianggap remeh.


Perusahaan milik negara yang bergerak di bidang "engineering" atau teknik tersebut terus berkiprah, tidak hanya di dalam negeri namun juga di luar negeri. Hal itu terbukti dengan banyaknya pesanan pembuatan kereta api yang berasal dari luar negeri sepanjang tahun 2015.


Pabrik "besi merayap" ini tidak hanya menjadi industri kebanggaan masyarakat Jawa Timur semata, tetapi juga menjadi kebanggaan masyarakat Tanah Air.


Keberadaan sudah menjadi pelengkap industri strategis yang dimiliki Indonesia, selain PT PAL Indonesia di Surabaya, IPTN di Bandung, serta Pindad di Bandung dan Malang.


Industri strategis tersebut menandakan bahwa putra-putri Indonesia menguasai teknologi "setara" negara maju di dunia.


Direktur Komersial dan Teknologi PT INKA Yunendar Aryo Handoko, mengatakan, PT INKA sering mendapat pesanan kereta dari sejumlah negara.


"Di antaranya, pesanan dari Malaysia untuk kereta penumpang, kemudian negara Thailand, Singapura, dan Australia untuk kereta barang," kata Yunendar Aryo Handoko.


Bahkan yang terbaru adalah pesanan dari negara Bangladesh. Pada November 2014, PT INKA berhasil memenangkan tender senilai 72 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp900 miliar untuk pengerjaan sebanyak 150 unit kereta penumpang pesanan negara tersebut.


"Tender tersebut berhasil kami menangkan karena PT INKA bisa memenuhi persyaratan teknis dan kualitas yang diinginkan oleh Pemerintah Bangladesh," ujar Yunendar Aryo Handoko.


Dalam kontrak tersebut, PT INKA berhasil menyingkirkan kompetitornya dari Tiongkok dan India yang juga ikut dalam lelang tender bergengsi tersebut.


Kereta api pesanan Bangladesh tersebut akan diserahkan secara bertahap hingga selesai pada akhir tahun 2016.


"Untuk tahap awal, akan diserahkan satu rangkaian yang terdiri dari 11 kereta dari 150 kereta yang dipesan, pada Februari 2016. Sisanya akan diserahkan secara bertahap hingga akhir tahun 2016 sesuai masa berlaku kontrak," papar dia.


Ia menjelaskan, sejauh ini pengerjaan kereta pesanan Bangladesh untuk tahap pertama telah mencapai lebih dari 80 persen. Pihaknya optimistis pada batas waktu tahap pertama Februari 2016, dapat dilakukan pengiriman.


Bahkan, jika pengerjaan 150 kereta kali ini lancar, maka INKA akan mendapat pesanan pengadaan 250 kereta lagi pada tahun berikutnya.


"Saat ini sedang dipersiapkan tender berikutnya untuk pengadaan 250 unit kereta. Itu nilai kontraknya mencapai 150 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp1,7 triliun," imbuhnya.


Selain menggarap pesanan luar negeri, PT INKA saat ini juga sedang menggarap 44 kereta pesanan dari PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) yang akan digunakan untuk angkutan lebaran tahun 2016.


"Ditargetkan, pemesanan 44 kereta tersebut selesai sebelum masa angkutan lebaran tahun 2016," ujar Humas PT INKA, Fathor Rosid, melengkapi pernyataan Yunendar.


Secara umum, pemesanan terbesar di PT INKA diperoleh dari Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, yakni mencapai 75 hingga 80 persen dari seluruh order yang ada. Sedangkan sisanya, meliputi pasar ekspor dan swasta.





Dukungan Pemerintah


Untuk terus mengembangkan pasar ekspornya, PT INKA mendapatkan dukungan yang positif dari Pemerintah. Hal itu diwujudkan dengan bantuan fasilitas pembiayaan modal dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank (IEB).


PT INKA terpilih untuk mendapatkan bantuan modal tersebut karena proyek kereta pesanan Bangladesh dinilai dapat memperluas dan meningkatkan ekspor Indonesia.


Adapun, alokasi pembiayaan untuk PT INKA adalah senilai 48,7 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp300 miliar.


Jangka waktu yang diberikan untuk bantuan modal tersebut adalah hingga 31 Desember 2016. Dana itu nantinya akan digunakan untuk memproduksi kereta pesanan dari Bangladesh.


Data PT INKA menyebutkan, beberapa proyek di luar negeri telah diselesaikan oleh perusahaan BUMN tersebut. Di antaranya "Freight Wagon" yang dipesan oleh Malaysia dan "Locomotive-GE Lokindo" yang dipesan oleh Filipina.


Kemudian, "Ballast Hopper Wagon" untuk Thailand, "Flat Wagon" dan "Wheel Wagon" untuk Singapura, "Passanger Coach" pesanan Bangladesh, dan "Blizzard Center Sills" serta "Container Wagon Bodies" pesanan Australia.


Dengan kemampuan tersebut, PT INKA diproyeksi memperoleh proyek senilai Rp1,44 triliun pada tahun 2015 dengan sebanyak 48 persen dari total proyek tersebut berkaitan dengan kegiatan ekspor.


Karena alasan itu pula, yang membuat Indonesia Eximbank yakin untuk memberikan fasilitas modal ke PT INKA, dengan harapan dapat memberikan kontribusi terhadap nilai ekspor secara nasional.


Dengan kondisi tersebut, diharapkan PT INKA merupakan satu-satunya industri kereta api terpadu di kawasan ASEAN. Dengan jumlah karyawan sekitar 859 orang, PT INKA diproyekskan mampu memproduksi kereta yang dari segi kualitas dan kuantitas dapat bersaing dengan buatan luar negeri.(*)

Pewarta: Louis Rika Stevan

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015