Malang (Antara Jatim) - Festival Malang Tempoe Doeloe (MTD) sebagai agenda tahunan dalam rangkaian acara puncak HUT Kota Malang yang sempat vakum beberapa tahun terakhir ini bakal digelar kembali pada 2017.

"Kami sudah komunikasikan dengan pihak Yayasan Inggil sebagai pemilik hak paten MTD. Namun, untuk detail dan konsep acaranya seperti apa masih belum kami bicarakan lebih lanjut, apakah akan kembali digelar di sepanjang Jalan Ijen atau menggunakan konsep di sepanjang Jalan Basuki Rachmad (Kayutangan)," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni di Malang, Selasa.

Ia mengaku gelaran (even) MTD yang juga dikenal sebagai Festival Malang Kembali tersebut mampu menarik wisatawan, baik lokal maupun macanegara. Bahkan, untuk pengunjung dari kawasan Malang raya saja bisa mencapai lebih dari 200 ribu orang per hari dengan pereputaran uang mencapai miliaran rupiah setiap harinya.

"Kami ingin festival ini digelar kembali, bahkan kembali ke konsep awal yang digelar selama tiga-empat hari di kawasan Ijen Boulevard. Sebab, festival ini tidak saja mampu menggerakkan roda perekonomian di Kota Malang, tetapi juga mendulang kunjungan wisatawan serta mampu menjadi proyek percontohan dalam bentuk pengembangan ekonomi kreatif," ujar Ida.

MTD digelar pertama kali digelar pada tahun 2006, namun sempat vakum pada tahun 2012 dan 2013 karena ada momen pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Malang. Even yang selalu menyedot animo ratusan ribu warga Malang raya maupun luar Malang itu digelar kembali pada 2014, namun dengan konsep berbeda.  

Jika sebelumya diselenggarakan selama tiga hingga empat hari dan digelar di sepanjang Jalan Ijen, pada tahun 2014 dengan mengusung tema "‘Satoes Akoe 100 Lakoe", even  tersebut hanya dilaksanakan selama satu hari dengan mengambil tempat di sepanjang kawasan Kayutangan hingga Alun-alun Malang. Dan, tahun 2015 kembali vakum.

Festival MTD yang selalu dipadati pengunjung hingga ratusan ribu orang setiap hari itu menampilkan berbagai kesenian, kerajinan, jajanan masa lampau, produk-produk tempo dulu, bahkan lapak-lapak untuk berjualan maupun pakaian yang dikenakan penjual maupun pengunjung juga harus baju tempo dulu.

Jika malam hari, penerangan yang digunakan bukan listrik atau lampu penerangan jalan umum, tetapi lampu petromaks atau lentera.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015