Riza Harahap
Jakarta (Antara) - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan upaya membangun jiwa nasionalisme serta menangkal radikalisme pada generasi muda akan diberikan sejak para pemuda menekuni pendidikan di perguruan tinggi.
"Tantangan bangsa Indonesia ke depan adalah melindungi generasi muda dari aliran keagamaan sempalan yang memiliki sejarah kekerasan," kata Ryamizard Ryacudu pada peringatan Hari Bela Negara, di Jakarta, Sabtu.
Aliran keagamaan sempalan itu, kata dia, biasanya mendorong radikalisme, mudah mengkafirkan, dan tidak bisa menerima perbedaan keyakinan.
Dia menambahkan, aliran keagamaan sempalan biasanya menjauhkan semangat nasionalisme dan patriotisme.
Ryamizard menegaskan, Kementerian Pertahanan sedang merancang program Bela Negara untuk mahasiswa yang baru diterima di perguruan tinggi.
Ryamizard menyatakan sangat prihatin, jika ada putra bangsa yang dapat terbujuk untuk bergabung dalam gerakan radikalisme, seperti ISIS untuk berperang di negara lain.
"Setelah kembali ke Indonesia, justru membawa bibit kekerasan dan menularkannya kepada yang lain," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
Jakarta (Antara) - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan upaya membangun jiwa nasionalisme serta menangkal radikalisme pada generasi muda akan diberikan sejak para pemuda menekuni pendidikan di perguruan tinggi.
"Tantangan bangsa Indonesia ke depan adalah melindungi generasi muda dari aliran keagamaan sempalan yang memiliki sejarah kekerasan," kata Ryamizard Ryacudu pada peringatan Hari Bela Negara, di Jakarta, Sabtu.
Aliran keagamaan sempalan itu, kata dia, biasanya mendorong radikalisme, mudah mengkafirkan, dan tidak bisa menerima perbedaan keyakinan.
Dia menambahkan, aliran keagamaan sempalan biasanya menjauhkan semangat nasionalisme dan patriotisme.
Ryamizard menegaskan, Kementerian Pertahanan sedang merancang program Bela Negara untuk mahasiswa yang baru diterima di perguruan tinggi.
Ryamizard menyatakan sangat prihatin, jika ada putra bangsa yang dapat terbujuk untuk bergabung dalam gerakan radikalisme, seperti ISIS untuk berperang di negara lain.
"Setelah kembali ke Indonesia, justru membawa bibit kekerasan dan menularkannya kepada yang lain," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015