Kediri (Antara Jatim) - Kota Kediri, Jawa Timur, mengalami inflasi sebesar 0,11 persen pada November 2015 dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 120,04. Inflasi ini berbanding terbalik pada bulan sebelumnya, Oktober 2015, yang justru mengalami deflasi sebesar 0,04 persen.

Kepala Badan Statistik Kota Kediri Firda, Kamis mengemukakan inflasi ini dipengaruhi oleh kenaikan maupun penurunan indeks pada beberapa kelompok pengeluaran. 

"Kenaikan indeks terjadi pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 0,41 persen, kelompok makanan Jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,65 persen, dan kelompok Kesehatan sebesar 0,01 persen," katanya. 

Ia mengatakan, selain ada beberapa kelompok menyumbang kenaikan, terdapat juga kelompok yang menyumbang penurunan, yang terjadi pada kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,27 persen, kelompok sandang sebesar 0,47 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,02 persen, serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,04 persen.

Sementara itu, komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi di Kota Kediri pada November 2015 adalah daging ayam ras, rokok kretek filter, pepaya, telur ayam ras, pasir, sawi hijau, mie, maupun kacang panjang.

Sedangkan, komoditas yang memberikan tekanan terbesar terhadap inflasi di Kota Kediri pada November 2015 adalah bahan bakar rumah tangga, beras, kelapa, emas perhiasan, minyak goreng, pir, wortel, bawang merah, kemiri, serta salak.

Untuk inflasi di Desember, Firda mengatakan sampai saat ini masih dalam tahap pengumpulan data. Namun, dari berbagai pengalaman sebelumnya selalu terjadi inflasi yang dipengaruhi beberapa agenda besar seperti libur akhir tahun serta perayaan Natal. 

"Jadi ini yang harus diwaspadai, hal-hal yang kira-kira bisa naik. Di Desember hujan sudah mulai turun, ada Natal, dan tahun baru, jadi konsumsi lebih banyak," ujarnya.

Ia mengaku belum bisa memprediksi, sebab harus dilakukan survei serta penghitungan untuk mencegah terjadinya inflasi yang signifikan. Bahkan, jika perlu pun, nantinya juga bisa dilakukan operasi pasar, agar harga lebih stabil.

Sementara itu, dari delapan kota IHK di Jawa Timur, seluruh kota mengalami inflasi kecuali Surabaya yang justru mengalami deflasi sebesar 0,02 persen. Inflasi tertinggi di Sumenep sebesar 0,30 persen dan inflasi terendah di Probolinggo sebesar 0,05 persen. 

Untuk Sumenep inflasinya tertinggi mencapai 0,30 persen, Jember 0,26 persen, Madiun 0,21 persen, Malang 0,16 persen, Kediri 0,11 persen, Banyuwangi 0,08 persen, Probolinggo 0,05 persen, Surabaya -0,02 persen. Untuk Jatim inflasinya 0,06 persen dan nasional 0,21 persen. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015