Surabaya (Antara Jatim) - Mahasiswa Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) menyalakan seribu lilin berbentuk simbol HIV/AIDS sebagai aksi solidaritas menolak kekerasan kepada Orang Dengan HIV&AIDS (ODHA).

"1.000 lilin ini diartikan sebagai banyaknya masyarakat dan api yang dinyalakan pada lilin ini sebagai arti masih ada harapan bagi pengidap HIV serta bisa diterima dan dapat berpijar di tengah masyarakat," kata Dosen Fakultas Kesehatan, Yuanita Wulandari di UMS, Selasa.

Ia mengatakan bahwa Hari AIDS ini merupakan suatu momentum untuk melakukan aksi solidaritas yang bertujuan untuk memberikan semangat hidup bagi Orang pengidap HIV&AIDS, karena bagaimanapun mereka juga adalah orang yang masih memiliki harapan hidup dan bisa diterima di masyarakat.

"Bagi kami ini adalah momentum untuk menyampaikan bahwa  kita harus menghentikan adanya diskriminasi dan stigma terhadap pengidap HIV/ODHA," tuturnya.

Penderita HIV&AIDS, lanjutnya masih berada di tengah-tengah masyarakat dan agar dapat menjalani hidupnya dengan semangat serta berkembang sebagai manusia umumnya.

"Untuk itu kami sebagai akademisi membentuk kader dengan nama aku bangga, aku bermakna dengan melakukan pengabdian masyarakat dan melakukan penelitian untuk memberikan pesan kepada masyarakat bahwa ODHA bukan untuk didiskriminasi, melainkan diterima di masyarakat," ujarnya.

Sementara itu, penderita ODHA, Jinal ketika melakukan testimoni dihadapan ratusan mahasiswa UM Surabaya mengatakan bahwa ia harus menerima kenyataan sebagai penderita HIV/AIDS untuk terus melanjutkan hidup.

"Artinya Hidup didunia itu apapun harus diterima apapun resiko itu harus diterima," papar Om Jini sapaan akrab pria yang mengabdi di RSUD Dr. Soetomo ini.

Ia mengakui bahwa dirinya sejak divonis mengidap HIV pada tahun 2000 kala itu juga suka menyendiri, namun kemudian ia berpikir ulang untuk harus menerima kenyataan dan tidak udah stress.

"Waktu itu tepatnya bulan Agustus, saya mengalami muntah-muntah ketika makan secara berulang, demam, dan mengalami penurunan berat badan. Kemudian saya periksa ke dokter, setelah tiga hari dirawat di rumah sakit, saya positif HIV/AIDS padahal tidak pernah berhubungan seks diluar nikah atau sama orang luar negeri (turis)," paparnya.

Selama 15 tahun mengidap HIV/AIDS, tambahnya pendapat orang mengenai ODHA semakin berkembang, karena masyarakat sudah mulai memahami tentang keberadaan ODHA serta sebaran virus HIV, jika dibandingkan dengan persepsi masyarakat pada 3-5 tahun yang lalu. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015