Surabaya (Antara Jatim) - Sekitar 2.225 pelajar dari sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA se-Surabaya
dengan menari remo di sepanjang Jalan Pemuda, Surabaya sebagai bentuk
kecintaan generasi muda terhadap budaya.


"Tujuan kegiatan ini untuk menanamkan kecintaan terhadap budaya
lokal Indonesia yang idealnya dimulai sejak usia anak-anak, sehingga
budaya itu akan melekat," kata Kepala Program Studi International
Hospitality and Tourism Business, Agoes Tinus Lis Indrianto ketika
ditemui di Jalan Pemuda, Surabaya, Minggu.


Ia mengatakan, jika budaya lokal itu dapat menimbulkan rasa cinta
dan sudah melekat dengan sendirinya, maka akan terjaga kelestariannya,
salah satunya dengan budaya tari remo yang berasal dari Jawa Timur.


"Penari-penari yang berasal dari siswa SD, SMP, SMA, maupun
paguyupan tari dilatih oleh padepokan remo dari Kampung Ilmu, sedangkan
kostum yang dikenakan oleh para penari ini tidak mengikuti pakem yang
ada,� tambah Agoes Tinus.


Kendati demikian, lanjutnya dalam tari remo tersebut tidak
meninggalkan tiga unsur utama dalam kostum remo, yaitu udeng (dipakai di
kepala), sampur (selendang tari), dan gongseng (gelang kaki).


"Sentuhan modern pada kostum memberikan warna baru pada tarian ini
serta kostum ini khusus di desain ulang oleh tim Surabaya Festival 2015
untuk dikenakan Tari Remo Monalipata," paparnya.


Di sisi lain, Humas Universitas Ciputra, Erlita Tantri mengatakan
jumlah peserta yang mengikuti tari remo masal tersebut melebih target
yang ditentukan yaitu 2.000 peserta, sedangkan yang hadir telah tercatat
sekitar 2.225 peserta.


"Antusias sekali para pelajar ini, sehingga peserta yang hadir
melebihi jumlah target yang diinginkan. Kami juga bekerja sama dengan
notaris dalam menghitung peserta ini, kemudian catatan peserta itu akan
dikirim ke Museum Rekor Indonesia (MURI) tari remo," tuturnya.


Sementara itu, salah satu peserta tari remo, Nabila Safa mengatakan
perasaan senangnya bisa mengikuti tari remo secara serentak, meskipun
terhalang oleh sinar matahari yang begitu terik dan mengalami kendala
gerakan tari yang dinilai susah.


"Latihannya sekitar satu bulan, namun kurang bisa menghafal gerakan
karena gerakannya sangat sulit, apalagi kaki dan tangan yang harus
luwes, serta terkena sinar matahari yang panas," terang siswa kelas V SD
Pujang Jajar (Puja) Surabaya.


Tari remo secara masal adalah rangkaian dari Surabaya Festival 2015
hari ketiga, dimana kegiatan ini dari 1.000 mahasiswa Unversitas
Ciputra semester satu yang mendapat tugas program untuk menggelar
kegiatan atau menjadi Event Organizer (EO) sebuah acara untuk kota
Surabaya. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015