Tulungagung (Antara Jatim) - Sejumlah perajin tembikar di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengaku belum sekalipun mendapat uluran bantuan peralatan, permodalan ataupun sekedar pembinaan dari pemerintah daerah setempat, sehingga pertumbuhan usaha kecil mereka cenderung "stagnan" (jalan di tempat).
    
"Selama ini kami melakukannya sendiri sebagai kegiatan usaha turun-temurun. Belum ada sekalipun pembinaan apalagi bantuan pemerintah turun," ujar Ny Samiran (50) salah satu perajin tembikar di Desa Wajak Kidul, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung, Sabtu.
    
Di desa ini, total ada 20-an perajin tembikar dari batu yang masih menjalankan usaha berskala kecil tersebut.
    
Sebagaimana Ny Samiran, beberapa perajin tembikar mengaku omzet usaha mereka tergolong kecil.
    
Potongan batu yang telah diolah menggunakan mesin bubut sehingga menjadi aneka tembikar seperti cowek, lesung serta lumpang batu hanya dijual di kisaran Rp5 ribu hingga Rp30 ribuan per unit.
    
Nilai atau harga setiap produk kerajinan biasanya dipengaruhi berdasar ukuran, jenis, serta volume batu yang diolah.
    
"Kami tidak bisa begitu saja menaikkan harga barang karena bisa terpengaruh ke penjualan (seret), sebab antarperajin tidak ada saling koordinasi, tidak ada paguyupan atau wadah yang menjembatani agar ada kesamaan strategi usaha," kata Sugeng, pemerhati aneka produk UKM (usaha kecil menengah) di Tulungagung.
    
Dengan asumsi volume produksi satu bulan sebanyak seribu unit cowek harga Rp20 ribu, misalnya, omzet atau perputaran uang yang dihasilkan satu perajin rata-rata adalah Rp20 juta.
    
Meski para perajin mengaku masih untung, namun hasil usaha mereka tidak cukup menjanjikan untuk bisa menjadi bisnis berskala besar karena ongkos produksi juga tinggi.
    
Mata gergaji untuk membelah bongkahan batu andesit disebut Sugeng bisa mencapai Rp2,5 juta, sementara piringan gergaji sekitar Rp5 juta yang masing-masing harus diganti setiap 2-3 pekan sekali dengan asumsi penggunaan rutin/setiap hari.
    
"Itulah kenapa peran dan campur tangan pemerintah daerah dalam hal ini sangat penting. Padahal produk tembikar batu asal Tulungagung banyak diminati konsumen luar daerah, baik di Jatim maupun Kalimantan dan Sumatera," kritik Sugeng.
    
Ia berharap, pemda segera mengkonsoldiasi setiap UKM yang tumbuh dan berkembang di wilayahnya.
    
Menurut dia, paket kebijakan ekonomi Pemerintah Jokowi yang bertujuan mendorong pertumbuhan sektor UKM untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional yang cenderung lesu harusnya menjadi acuan setiap pemerintah daerah, termasuk Tulungagung, untuk lebih menguatkan sektor riil demi pertumbuhan ekonomi daerah. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015