Tulungagung (Antara Jatim) - Sejumlah petani dan pedagang tembakau di Tulungagung, Jawa Timur mengeluhkan penurunan harga tembakau selama beberapa pekan terakhir sehingga menyebabkan mereka merugi besar.
    
"Harga tembakau saat ini antara Rp20 ribu hingga Rp40 ribu per kilogram, sangat tidak menguntungkan mengingat sebelumnya sempat tembus hingga kisaran Rp60 ribu lebih," ujar Mulyono, pedagang tembakau di Desa Moyoketen, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung, Sabtu.
    
Ia mengaku tidak tahu pasti penyebab jatuhnya harga tembakau selama beberapa pekan terakhir.
    
Dugaan Mulyono dan sejumlah petani tembakau lain, harga mulai "rusak" karena masa panen yang terlambat sehingga tidak bisa masuk ke gudang-gudang pabrik rokok.
    
"Tapi saat awal panen lalu pun harga sudah mulai turun. Jadi kami benar-benar tidak bisa memprediksi bagaimana harga tembakau bisa tidak stabil seperti ini," timpal Mukhlis, pengusaha tembakau yang lain.
    
Menurut dia, kerugian petani bisa digambarkan dari volume daun tembakau yang dipanen serta hasil akhir setelah dilakukan perajangan dan dikeringkan.
    
Menurut Mukhlis dan Mulyono, satu kuintal daun tembakau basah hasil panenan biasanya hanya bisa dijadikan tembakau untuk bahan baku rokok seberat 10 kilogram.
    
Jika harga tembakau hasil olahan dengan campuran gula hanya sekitar Rp25 ribu per kilogram, artinya satu kuintal daun tembakau basah yang dipanen petani hanya menghasilkan uang sekitar Rp250 ribu.
    
"Bagaimana mau untung, sekalipun panenan mencapai lima ton dalam satu petak ladang/sawah, hasil yang didapat tidak sebanding dengan ongkos produksi mulai dari pembibitan, penanaman, perawatan hingga masa panen dan pengolahan awal," ujarnya.
    
Untuk mencegah kerugian lebih besar, kata Mulyono petani ataupun pedagang bisa menyiasatinya dengan menimbun tembakau olahan di gudang-gudang penyimpanan.
    
Tembakau tersebut hanya akan dilepas saat harga kembali naik. "Namun strategi usaha seperti itu hanya berlaku bagi petani dan pedagang dengan modal besar. Jika tidak kuat dari segi kapital, barang pasti akan dilepas (dijual) karena untuk memenuhi kebutuhan permodalan usaha berikutnya," ujarnya. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015