Tulungagung (Antara Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur bersiap menggelar simulasi mitigasi bencana tsunami di dua kawasan pesisir selatan daerah tersebut, yakni Pantai Popoh dan Sidem yang berada di satu garis pantai, 9-15 November.
    
"Simulasi ini bagian dari sosialisasi sekaligus melatih sikap tanggap darurat bagi masyarakat pesisir terhadap potensi bencana tsunami di wilayahnya," terang Kepala BPBD Tulungagung, Suroto di Tulungagung, Sabtu.
    
Ia menjelaskan, simulasi akan dibagi dalam dua tahapan kegiatan. Tahap pertama, terangnya, simulasi difokuskan pada gladi posko dimana tim BPBD bersama instruktur kebencanaan dari TNI akan memberikan sosialisasi, membuat peta wilayah bencana, serta merancang skenario kontinjensi (tindakan kedaruratan).
    
Dalam gladi posko itu, lanjut dia, tim BPBD akan memberikan arahan kepada masing-masing divisi serta masyarakat peserta simulasi mengenai skenario peran yang akan dilakukan masing-masing selama kegiatan pelatihan mitigasi bencana.
    
"Gladi posko digelar mulai saat pembukaan pada 9 November hingga 12 November. Setelah itu, 13-15 pelaksanaan gladi lapang atau praktik mitigasi langsung," terangnya.
    
Suroto mengatakan, jumlah peserta dalam simulasi tersebut diperkirakan berjumlah 1.200 orang.
    
Selain diikuti seluruh jajaran BPBD dan jaringan relawan hingga tingkat kecamatan dan desa, simulasi juga melibatkan lintasinstansi, mulai dari kepolisian, TNI, dinas kesehatan, satpol PP, tim pemadam kebakaran (PMK), pramuka, Orari, ormas, maupun masyarakat pesisir itu sendiri.
    
Dalam gladi lapang, Suroto menggambarkan tahapan dimulai dengan evakuasi masyarakat pesisir ke daerah penampungan sementara atau posko pengungsian di daerah dataran tinggi atau perbukitan.
    
Setelah evakuasi warga dilakukan berikut proses penanganan dan pengelolaan layanan pengungsi, pada hari berikutnya (14/11) skenario dilanjutkan dengan penyisiran daerah terdampak tsunami untuk menyisir korban jiwa yang tertinggal di lokasi bencana.
    
"Dengan simulasi seperti itu, masing-masing pihak bisa mengetahui tugas dan peran masing-masing. Termasuk juga relawan dan masyarakat sehingga mereka bisa menjadi polisi bagi lingkungan sekitarnya dan tidak melulu bergantung pada bantuan petugas," kata Suroto. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015