Surabaya (Antara Jatim) - Universitas Sunan Giri (Unsuri) Surabaya di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, menduduki peringkat kelima dalam Tata Kelola Perguruan Tinggi Swasta (PTS) versi Kopertis Wilayah VII Tahun 2015.
"Selama kepemimpinan saya sejak tahun 2013, Unsuri melompat dari peringkat 75 dari 320 PTS se-Kopertis VII, lalu peringkat 35 dan sekarang peringkat 5," kata Rektor Unsuri Surabaya Prof Dr H Soenarjo ST MPd di kampus setempat, Senin.
Di sela Pelatihan Pengembangan Ketrampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) yang dibuka Sekretaris Kopertis VII Prof Ali Maksun di Unsuri, ia mengemukakan hal itu terkait SK Kopertis Wilayah VII Nomor 061/K7/KL/2015 tanggal 11 Mei 2015.
Dalam SK tentang Tata Kelola PTS (kelembagaan, pendidikan dan tenaga kependidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, pembelajaran dan kemahasiswaan) itu, peringkat "10 besar" adalah Untag, UK Petra, UKWMS, Ubaya, Unsuri, Unnar, UWK, UWP, Universitas Muhammadiyah Surabaya, dan Universitas WR Supratman.
"Seperti Pekerti yang diikuti 32 dosen Unsuri dan empat dosen PTS lain itu menunjukkan kami serius dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama dosen-dosen muda yang kami miliki," kata Soenarjo.
Selain itu, pihaknya juga mengembangkan fakultas berbasis laboratorium, seperti Laboratorium "Micro Teaching" pada lima fakultas yang juga mengembangkan TOEFL Bahasa Arab untuk mencetak mahasiswa yang terampil berbahasa asing.
Dalam pembukaan Pekerti angkatan ke-31 di Kopertis Wilayah VII itu, Sekretaris Kopertis VII Prof Ali Maksun menegaskan bahwa Pekerti merupakan pelatihan untuk melawan rendahnya mutu pendidikan.
"Kemenristekdikti cukup keras dalam mutu pendidikan, karena itu kami juga tidak ada toleransi untuk Pekerti, karena banyak dosen yang bukan berasal dari jurusan kependidikan, sehingga mereka perlu dibekali melalui Pekerti," katanya.
Ia menyatakan Pekerti tidak hanya mengajari dosen tentang cara mengajar, karena tugas dosen adalah mendidik (guru) dan meneliti (ilmuwan). "Dengan Pekerti, dosen akan mampu mengajar mahasiswa untuk kritis, kreatif, dan inovatif," katanya.
Selain itu, dengan Pekerti pula, maka dosen tidak hanya mengajar seperti guru di sekolah menengah, melainkan juga menerima konsultasi mahasiswa, melakukan riset, dan menulis jurnal.
"Tahun lalu, kami harus mengembalikan Rp4 miliar ke kas negara, karena dosen PTS se-Kopertis VII ada yang tidak mampu mencapai sertifikasi dosen. Tapi, Kopertis VII mendapatkan dana riset tertinggi se-Indonesia yakni Rp80 miliar," katanya.
Oleh karena itu, dosen perlu pelatihan secara berkelanjutan tentang proses pembelajaran berbasis riset, apalagi di Kopertis VII untuk tahun ini tercatat 334 PTS, sehingga perlu keseriusan dalam peningkatan kualitas pembelajaran dan riset. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Selama kepemimpinan saya sejak tahun 2013, Unsuri melompat dari peringkat 75 dari 320 PTS se-Kopertis VII, lalu peringkat 35 dan sekarang peringkat 5," kata Rektor Unsuri Surabaya Prof Dr H Soenarjo ST MPd di kampus setempat, Senin.
Di sela Pelatihan Pengembangan Ketrampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) yang dibuka Sekretaris Kopertis VII Prof Ali Maksun di Unsuri, ia mengemukakan hal itu terkait SK Kopertis Wilayah VII Nomor 061/K7/KL/2015 tanggal 11 Mei 2015.
Dalam SK tentang Tata Kelola PTS (kelembagaan, pendidikan dan tenaga kependidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, pembelajaran dan kemahasiswaan) itu, peringkat "10 besar" adalah Untag, UK Petra, UKWMS, Ubaya, Unsuri, Unnar, UWK, UWP, Universitas Muhammadiyah Surabaya, dan Universitas WR Supratman.
"Seperti Pekerti yang diikuti 32 dosen Unsuri dan empat dosen PTS lain itu menunjukkan kami serius dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama dosen-dosen muda yang kami miliki," kata Soenarjo.
Selain itu, pihaknya juga mengembangkan fakultas berbasis laboratorium, seperti Laboratorium "Micro Teaching" pada lima fakultas yang juga mengembangkan TOEFL Bahasa Arab untuk mencetak mahasiswa yang terampil berbahasa asing.
Dalam pembukaan Pekerti angkatan ke-31 di Kopertis Wilayah VII itu, Sekretaris Kopertis VII Prof Ali Maksun menegaskan bahwa Pekerti merupakan pelatihan untuk melawan rendahnya mutu pendidikan.
"Kemenristekdikti cukup keras dalam mutu pendidikan, karena itu kami juga tidak ada toleransi untuk Pekerti, karena banyak dosen yang bukan berasal dari jurusan kependidikan, sehingga mereka perlu dibekali melalui Pekerti," katanya.
Ia menyatakan Pekerti tidak hanya mengajari dosen tentang cara mengajar, karena tugas dosen adalah mendidik (guru) dan meneliti (ilmuwan). "Dengan Pekerti, dosen akan mampu mengajar mahasiswa untuk kritis, kreatif, dan inovatif," katanya.
Selain itu, dengan Pekerti pula, maka dosen tidak hanya mengajar seperti guru di sekolah menengah, melainkan juga menerima konsultasi mahasiswa, melakukan riset, dan menulis jurnal.
"Tahun lalu, kami harus mengembalikan Rp4 miliar ke kas negara, karena dosen PTS se-Kopertis VII ada yang tidak mampu mencapai sertifikasi dosen. Tapi, Kopertis VII mendapatkan dana riset tertinggi se-Indonesia yakni Rp80 miliar," katanya.
Oleh karena itu, dosen perlu pelatihan secara berkelanjutan tentang proses pembelajaran berbasis riset, apalagi di Kopertis VII untuk tahun ini tercatat 334 PTS, sehingga perlu keseriusan dalam peningkatan kualitas pembelajaran dan riset. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015