Bojonegoro (Antara Jatim) - Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan warna hijau air Bengawan Solo yang muncul di sejumlah lokasi dalam musim kemarau ini belum tentu krena tercemar limbah.
"Warna hijau yang muncul di Bengawan Solo, dengan bau mirip pinisilin kemungkinan disebabkan tumbuhan air kecil yang membusuk," kata Kepala Bidang Pengkajian dan Laboratorium BLH Pemkab Bojonegoro Hary Susanto, di Bojonegoro, Sabtu.
Ia mengaku sudah memeriksa secara langsung air Bengawan Solo, yang berwarna hijau di sejumlah lokasi.
"Warna hijau yang muncul itu setelah saya pegang mirip tumbuhan air yang membusuk dan baunya menyengat mirip pinisilin," jelas dia.
Namun, menurut dia, warna hijau air Bengawan Solo itu tidak berbahaya bagi manusia, dan tidak menimbulkan gatal-gatal.
"Kami sudah mengambil contoh air yang berwarna hijau di sejumlah lokasi, yang kemudian kami kirim ke Laboratorium Lingkungan BLH Mojokerto," jelas dia.
Ia mengaku masih menunggu hasil pemeriksaan air Bengawan Solo berwarna hijau dari Laboratorium Lingkungan BLH Mojokerto.
"Kami mengambil contoh air warna hijau di Kecamatan Malo dan Kalitidu, pekan lalu," ucapnya.
Tapi, menurut dia, hasil pemeriksaan kualitas air sungai terpanjang di Jawa di daerahnya yang dilakukan di tiga lokasi dengan pengambilan contoh air bulan lalu, tidak ada indikasi pencemaran.
Sesuai laporan Laboratorium BLH Mojokerto, lanjut dia, hasil baku mutu kualitas air di Kecamatan Padangan, Bendung Gerak di Kecamatan Kalitidu dan Desa Campurejo, Kecamatan Kota, masih di bawah ambang batas yang ditentukan.
Seorang pemancing di Bengawan Solo di Bojonegoro Wahyono, menjelaskan air Bengawan Solo di daerah setempat berubah dari jernih muncul warna hijau, sekaligus berbuih sejak sebulan lalu.
"Kalau warga menganggap warna hijau ini berasal dari cat minyak," ucapnya.
Hanya saja, menurut dia, warga yang biasa mandi langsung di Bengawan Solo tidak ada yang mengalami gatal-gatal.
"Saya juga biasa mandi di Bengawan Solo juga tidak terkena gatal-gatal," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Warna hijau yang muncul di Bengawan Solo, dengan bau mirip pinisilin kemungkinan disebabkan tumbuhan air kecil yang membusuk," kata Kepala Bidang Pengkajian dan Laboratorium BLH Pemkab Bojonegoro Hary Susanto, di Bojonegoro, Sabtu.
Ia mengaku sudah memeriksa secara langsung air Bengawan Solo, yang berwarna hijau di sejumlah lokasi.
"Warna hijau yang muncul itu setelah saya pegang mirip tumbuhan air yang membusuk dan baunya menyengat mirip pinisilin," jelas dia.
Namun, menurut dia, warna hijau air Bengawan Solo itu tidak berbahaya bagi manusia, dan tidak menimbulkan gatal-gatal.
"Kami sudah mengambil contoh air yang berwarna hijau di sejumlah lokasi, yang kemudian kami kirim ke Laboratorium Lingkungan BLH Mojokerto," jelas dia.
Ia mengaku masih menunggu hasil pemeriksaan air Bengawan Solo berwarna hijau dari Laboratorium Lingkungan BLH Mojokerto.
"Kami mengambil contoh air warna hijau di Kecamatan Malo dan Kalitidu, pekan lalu," ucapnya.
Tapi, menurut dia, hasil pemeriksaan kualitas air sungai terpanjang di Jawa di daerahnya yang dilakukan di tiga lokasi dengan pengambilan contoh air bulan lalu, tidak ada indikasi pencemaran.
Sesuai laporan Laboratorium BLH Mojokerto, lanjut dia, hasil baku mutu kualitas air di Kecamatan Padangan, Bendung Gerak di Kecamatan Kalitidu dan Desa Campurejo, Kecamatan Kota, masih di bawah ambang batas yang ditentukan.
Seorang pemancing di Bengawan Solo di Bojonegoro Wahyono, menjelaskan air Bengawan Solo di daerah setempat berubah dari jernih muncul warna hijau, sekaligus berbuih sejak sebulan lalu.
"Kalau warga menganggap warna hijau ini berasal dari cat minyak," ucapnya.
Hanya saja, menurut dia, warga yang biasa mandi langsung di Bengawan Solo tidak ada yang mengalami gatal-gatal.
"Saya juga biasa mandi di Bengawan Solo juga tidak terkena gatal-gatal," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015