Banyuwangi (Antara Jatim) - Sebanyak tiga pelari asal Kenya menguasai ajang "Banyuwangi International Run" di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu, dengsn menyabet juara.
Ketiga pelari itu adalah David Mutai (29) yang menyabet gelar juara kategori 10 kilometer dengan catatan waktu 32 menit 6 detik pada ajang
Pelari lainnya Charles Kipsang (26) juga menjadi jawara atau tercepat di kategori 5 kilometer dengan catatan waktu 16 menit 10 detik.
Kompetisi lari international ini diikuti tujuh pelari asal Kenya. Di kategori "Women Competition" 10 K juga dimenangi pelari Kenya, yakni Edinah Koech (24), dengan catatan waktunya 37 menit 35 detik.
Selain itu, sejumlah wisatawan mancanegara yang sedang berlibur di Banyuwangi juga turut ambil bagian menjadi peserta pada ajang lari yang digelar kali pertama ini.
David mengatakan, sangat senang bisa ikut berlomba dan menang di "Banyuwangi International Run". "Lintasan larinya bagus dan sesuai standar," kata David, sebagaimana dikutip pernyataan tertulis Pemkab Banyuwangi.
David yang juga seorang pelari profesional mengatakan tidak melakukan persiapan khusus untuk mengikuti lomba ini. Karena sebelumnya dia baru saja mengikuti lomba maraton di Malaysia.
"Jadi persiapan saya sekalian waktu lomba di Malaysia," ujarnya.
Sebelumnya David sudah mengikuti berbagai lomba maraton di tingkat Asia dan beberapa kali juga pernah mengikuti lomba lari di Indonesia.
Lomba lari internasional yang pertama kali digelar ini melengkapi agenda Banyuwangi Festival 2015. Meski baru pertama digelar lomba ini berhasil menarik animo peserta dari luar kota Banyuwangi. Sejumlah pelari profesional dan penggemar lari dari Surabaya, hingga Jakarta turut meramaikan acara ini.
"Saya sengaja ikut lari di sini karena memang penasaran dengan Banyuwangi. Saya bisa aja lari di luar negeri, namun saya pilih di sini karena di sini itu apa adanya, namun bisa dikemas dengan apik. Alun-alun saja bisa diolah dengan apik menjadi tempat start," ujar Elsye, salah seorang pelari asal Jakarta.
Hal yang sama diutarakan Andik Setiawan, peserta asal Surabaya. "Begitu dengar ada lomba ini, saya langsung daftar online. Sekalian berlibur ke beberapa pantai di Banyuwangi. Sayangnya saya dapat hotel agak jauh. Saya pesan dan cari hotel di seputaran kota sudah penuh semua," kata dia.
Sementara Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Yanuar Bramuda mengatakan lomba lari ini merupakan implementasi dari konsep pariwisata berbasis olahraga yang terus dikembangkan oleh Banyuwangi.
Lomba lari ini melengkapi pengembangan pariwisata berbasis olahraga yang telah dilakukan Banyuwangi sebelumnya, di antaranya lewat "International Tour de Banyuwangi Ijen", "Tabuhan Island Kiteboarding", dan "Pulau Merah International Surfing Competition".
Menurut Bramuda, olahraga lari tengah menjadi tren selain olahraga bersepeda. Dengan "menumpang" pada tren tersebut, pemasaran daerah akan lebih efektif dan "soft".
"Dengan mengajak orang datang ke Banyuwangi untuk melakukan aktivitas yang menjadi kegemarannya, promosi bisa dilakukan secara halus. Dari beberapa komunitas, saya dengar bahwa tahun ini saja ada lebih dari 200 pencinta lari asal Indonesia yang ikut lomba lari di Berlin, Jerman. Mereka orang-orang menengah ke atas. Pasar itu kami bidik agar mereka datang untuk berlari sekaligus berwisata di Banyuwangi," ujar dia.
Ajang Banyuwangi International Run mengangkat tema "Run & Enjoy The Culture". Tema ini menggambarkan ajakan untuk berlari dan menikmati kebudayaan sekaligus keindahan Banyuwangi.
Selama lima tahun terakhir Banyuwangi gencar dalam mempromosikan kepariwisataan untuk menjadi salah satu destinasi baru untuk wisatawan dalam maupun luar negeri. Tak tanggung-tanggung, dari wisata pantai, gunung berapi, hingga wisata hutan hujan tropis, ada di Banyuwangi.
Ditambah dengan festival yang diadakan sepanjang tahun dengan menampilkan berbagai ciri khas lokal membuat Banyuwangi semakin dikenal di kalangan wisatawan.
Sektor pariwisata juga ikut berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan per kapita Kabupaten Banyuwangi yang naik tajam dari Rp 14,97 juta di tahun 2010 menjadi Rp 33 juta di tahun 2014 berdasarkan perhitungan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS). Sementara Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) juga naik dari Rp 23,56 triliun menjadi Rp 40,48 triliun.
Selain itu, angka kunjungan wisatawan meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, wisatawan domestik sebesar 860 ribu orang naik menjadi 1.500 orang pada 2014. Wisatawan mancanegara pun meningkat tajam, dari 5 ribu pada 2012 menjadi 28 ribu wisman pada 2014. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
Ketiga pelari itu adalah David Mutai (29) yang menyabet gelar juara kategori 10 kilometer dengan catatan waktu 32 menit 6 detik pada ajang
Pelari lainnya Charles Kipsang (26) juga menjadi jawara atau tercepat di kategori 5 kilometer dengan catatan waktu 16 menit 10 detik.
Kompetisi lari international ini diikuti tujuh pelari asal Kenya. Di kategori "Women Competition" 10 K juga dimenangi pelari Kenya, yakni Edinah Koech (24), dengan catatan waktunya 37 menit 35 detik.
Selain itu, sejumlah wisatawan mancanegara yang sedang berlibur di Banyuwangi juga turut ambil bagian menjadi peserta pada ajang lari yang digelar kali pertama ini.
David mengatakan, sangat senang bisa ikut berlomba dan menang di "Banyuwangi International Run". "Lintasan larinya bagus dan sesuai standar," kata David, sebagaimana dikutip pernyataan tertulis Pemkab Banyuwangi.
David yang juga seorang pelari profesional mengatakan tidak melakukan persiapan khusus untuk mengikuti lomba ini. Karena sebelumnya dia baru saja mengikuti lomba maraton di Malaysia.
"Jadi persiapan saya sekalian waktu lomba di Malaysia," ujarnya.
Sebelumnya David sudah mengikuti berbagai lomba maraton di tingkat Asia dan beberapa kali juga pernah mengikuti lomba lari di Indonesia.
Lomba lari internasional yang pertama kali digelar ini melengkapi agenda Banyuwangi Festival 2015. Meski baru pertama digelar lomba ini berhasil menarik animo peserta dari luar kota Banyuwangi. Sejumlah pelari profesional dan penggemar lari dari Surabaya, hingga Jakarta turut meramaikan acara ini.
"Saya sengaja ikut lari di sini karena memang penasaran dengan Banyuwangi. Saya bisa aja lari di luar negeri, namun saya pilih di sini karena di sini itu apa adanya, namun bisa dikemas dengan apik. Alun-alun saja bisa diolah dengan apik menjadi tempat start," ujar Elsye, salah seorang pelari asal Jakarta.
Hal yang sama diutarakan Andik Setiawan, peserta asal Surabaya. "Begitu dengar ada lomba ini, saya langsung daftar online. Sekalian berlibur ke beberapa pantai di Banyuwangi. Sayangnya saya dapat hotel agak jauh. Saya pesan dan cari hotel di seputaran kota sudah penuh semua," kata dia.
Sementara Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Yanuar Bramuda mengatakan lomba lari ini merupakan implementasi dari konsep pariwisata berbasis olahraga yang terus dikembangkan oleh Banyuwangi.
Lomba lari ini melengkapi pengembangan pariwisata berbasis olahraga yang telah dilakukan Banyuwangi sebelumnya, di antaranya lewat "International Tour de Banyuwangi Ijen", "Tabuhan Island Kiteboarding", dan "Pulau Merah International Surfing Competition".
Menurut Bramuda, olahraga lari tengah menjadi tren selain olahraga bersepeda. Dengan "menumpang" pada tren tersebut, pemasaran daerah akan lebih efektif dan "soft".
"Dengan mengajak orang datang ke Banyuwangi untuk melakukan aktivitas yang menjadi kegemarannya, promosi bisa dilakukan secara halus. Dari beberapa komunitas, saya dengar bahwa tahun ini saja ada lebih dari 200 pencinta lari asal Indonesia yang ikut lomba lari di Berlin, Jerman. Mereka orang-orang menengah ke atas. Pasar itu kami bidik agar mereka datang untuk berlari sekaligus berwisata di Banyuwangi," ujar dia.
Ajang Banyuwangi International Run mengangkat tema "Run & Enjoy The Culture". Tema ini menggambarkan ajakan untuk berlari dan menikmati kebudayaan sekaligus keindahan Banyuwangi.
Selama lima tahun terakhir Banyuwangi gencar dalam mempromosikan kepariwisataan untuk menjadi salah satu destinasi baru untuk wisatawan dalam maupun luar negeri. Tak tanggung-tanggung, dari wisata pantai, gunung berapi, hingga wisata hutan hujan tropis, ada di Banyuwangi.
Ditambah dengan festival yang diadakan sepanjang tahun dengan menampilkan berbagai ciri khas lokal membuat Banyuwangi semakin dikenal di kalangan wisatawan.
Sektor pariwisata juga ikut berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan per kapita Kabupaten Banyuwangi yang naik tajam dari Rp 14,97 juta di tahun 2010 menjadi Rp 33 juta di tahun 2014 berdasarkan perhitungan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS). Sementara Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) juga naik dari Rp 23,56 triliun menjadi Rp 40,48 triliun.
Selain itu, angka kunjungan wisatawan meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, wisatawan domestik sebesar 860 ribu orang naik menjadi 1.500 orang pada 2014. Wisatawan mancanegara pun meningkat tajam, dari 5 ribu pada 2012 menjadi 28 ribu wisman pada 2014. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015