Ombak yang besar, tinggi dan menggulung panjang hingga radius satu kilometer lebih di sepanjang garis laut, menjadi syarat mutlak satu destinasi wisata pantai layak dikunjungi sebagai wahana "surfing" (selancar) berkelas dunia. Tiga hal itu bisa ditemukan di Pantai Watukarung dan Pancer, dua dari 54 spot obyek wisata pesisir yang dimiliki Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Nama kedua destinasi wisata itu, terutama Pantai Pancer (masyarakat akrab menyebutnya dengan istilah Pancer Dor), memang belum banyak dikenal oleh wisatawan luar daerah.

Kemasyuran pantai-pantai ini masih kalah dibanding Pantai Klayar yang pernah dikunjungi mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan memiliki sejumlah keunikan seperti seruling laut, batuan karang menyerupai patung spinx, hamparan pasir putih serta air mancur alami.
 
Namun siapa sangka, kedua pantai tersebut justru menjadi perhatian wisatawan dunia, terutama para pelancong asing yang memiliki hobi olahraga mengikuti ombak, selancar.

Bentang pantai yang luas serta pola ombak yang besar dan panjang di kedua destinasi wisata pantai ini sangat disukai para peselancar.

Sebegitu menantangnya gulungan ombak yang menyerupai "barrel" atau pipa itu, sejumlah turis Eropa dan Australia menyebutnya dengan istilah "the next Bali in Pacitan".

"It's like a new paradise that i've found after Bali. Wonderfull, i love it (Pantai ini seperti surga baru pernah aku temukan setelah Bali. Sangat indah, saya suka sekali)," ucap Mike, satu dari sekian peselancar asal Autsralia yang terlihat bermain surfing di Pantai Pancer Dor.

Saat pertama kali berkunjung ke pantai ini, jumlah wisatawan memang belum begitu banyak.

Tetapi keberadaan para wisatawan asing dari berbagai negara yang asyik bermain selancar, dan sebagian duduk menunggu di tepi pantai itu, sudah cukup berhasil menciptakan aroma "Bali" di Pacitan.

Mereka bahkan dengan santainya hilir-mudik menggunakan sepeda motor-sepeda motor generasi "matic" sambil membawa papan surfing yang ditaruh di bagian belakang. Senyum para wisatawan asing itu selalu mengembang tiap kali bertemu orang pribumi, semacam bahasa isyarat untuk permisi masuk wilayah tuan rumah.

Lebih menarik, wisata selancar juga sudah tidak asing bagi masyarakat lokal. Belasan remaja lokal yang berkulit sawo matang, dan mengarah gelap (gosong), juga tak segan untuk masuk ke tepi laut dan mulai menembus gulungan ombak dengan posisi merebah di atas papan selancar dan mendayungnya ke tengah menggunakan kedua tangan.

Saat sampai di tengah, mereka baru berdiri untuk saling unjuk kepiawaian berselancardi tengah gulungan ombak yang berkejaran sebelum akhirnya pecah di bibir pantai.

"Pantai Pancer biasanya digunakan untuk peselancar-peselancar pemula. Wisatawan asing dan peselancar profesional lebih suka lagi bermain surfing di Pantai Watukarung, karena ombaknya sangat besar dan menggulung panjang mirip barrel atau pipa," kata Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pacitan, Wasi Prayitno.

Jika Pantai Pancer terletak dekat dengan Kota Pacitan dan bisa dijangkau dengan mudah (hanya sekitar lima menit berkendara menggunakan sepeda motor dari pusat kota), Pantai Watukarung lokasinya memang sedikit lebih jauh.

Terletak di sisi barat Kota Pacitan yang berjarak sekitar 30 kilometer. Memerlukan waktu tempuh sekitar 45 menit untuk sampai ke destinasi pantai ini dari pusat Kota Pacitan.

Selain jaraknya yang cukup jauh, akses jalan memang tergolong masih sulit. Belum ada sarana angkutan ke sana, akses jalannya pun belum mumpuni.

Tapi begitu sampai lokasi, siapapun peselancar akan merasakan sensasi luar biasa di Pantai Watukarung. Selain ombak yang besar dengan ketinggian mencapai empat meter, air laut biru jernih lengkap dengan berbagai hiasan batu karang karst. Pemandangan alamnya pun sangat indah dan masih alami.

Kepopuleran Pantai Watukarung mendunia setelah peselancar kelas dunia macam jawara dunia Bruce Irons tertarik mencoba berselancar di pantai ini. Foto-foto Bruce saat berselancar di Watukarung bahkan menjadi sampul utama majalah internasional terkemuka "Waves". Sejak itu, banyak sekali pecinta ombak dan selancar yang kemudian tertarik lalu datang ke tempat indah ini.

"Sekarang Pantai Watukarung sudah menjadi tujuan peselancar dunia. Konon, ombak di sana menjadi salah satu yang terbaik di dunia bersama Bali," ujar Wasi.

Potensi wisata Watukarung bahkan telah dilirik berbagai investor. Menurut Wasi, tanah penduduk di sekitar obyek wisata Pantai Watukarung saat ini telah banyak dibeli ekspatriat (warga asing) untuk dijadikan resort, ataupun sarana pendukung wisata lain seperti "resto and bar", "homestay" hingga hotel. Tak heran jika nilai jual obyek pajak (NJOP) tanah di sekitar Pantai Watukarung saat ini melambung tinggi.

"Volume kunjungan turis mancanegara dari tahun ke tahun di Pacitan juga terus meningkat berkat keberadaan kedua obyek wisata Pantai Pancer dan Watukarung," ucap Wasi.

Kunjungan Wisatawan
Sebagaimana data yang dirilis Disbudparpora Kabupaten Pacitan, angka kunjungan wisatawan ke daerah tersebut secara keseluruhan mengalami peningkatan signifikan, berturut pada kurun tahun anggaran 2013, 2014, dan 2015 yang saat ini masih berjalan.

Peningkatan kunjungan wisatawan secara secara luar biasa terjadi pada kurun 2014, dimana "traffick" pelancong mencapai 1.089.961 orang.

Dibandingkan dengan volume kunjungan pada 2013 yang tercatat sebanyak 650 ribu orang, peningkatan itu jelas sangat menyolok. Kenaikan siginifikan diprediksi terjadi pada kurun 2015 yang saat ini masih berjalan.

Indikasi yang menjadi acuan dinas pariwisata daerah, lanjut Wasi, adalah data wisatawan per akhir Juli 2015 dimana volume kunjungan pelancong atau traveler tercatat telah menembus angka 750 ribu orang.

Dengan sisa waktu yang masih ada lima bulan, Wasi memperkirakan volume kunjungan tahun ini bisa tembus angka 1,5 juta orang atau bahkan lebih.

Peningkatan volume kunjungan wisatawan terukur pula dalam pemasukan dari hasil restribusi obyek wisata dan masuk dalam struktur pendapatan asli daerah (PAD), dimana pada 2013 besaran PAD dari sektor ini sebesar Rp1,3 miliar, 2014 sebesar Rp1,4 miliar dan 2015 melonjak menjadi Rp5 miliar terhitung hingga akhir Juli.

Dari jumlah wisatawan sebanyak itu, jika satu persennya saja merupakan turis mancanegara, itu artinya potensi wisata di Kabupaten Pacitan masih sangat mungkin terus berkembang.

Terlebih dengan telah dibangunnya jalur lintas selatan yang menjadi "sabuk" lintaspantai yang membentang sejauh 71 kilometer, akses ke Kabupaten Pacitan bisa dengan mudah ditempuh memalui jalur darat, baik dari Yogyakarta, Solo maupun Surabaya dengan waktu tempuh masing-masing antara 3-7 jam.

Tak hanya aneka wisata pantai yang eksotis, dengan sedikit berpromosi, Wasi juga menggambarkan Kabupaten Pacitan sebagai daya tarik obyek wisata 1001 goa, pusat kajian prasejarah dengan museum sangiran yang dimilikinya, hingga wisata kuliner melalui produk-produk tahu tuna yang dihasilkan.

Jangan khawatir jika berkunjung ke daerah ini. Meski belum semaju Bali, berbagai akomodasi penginapan mulai dari homestay atau rumah tinggal, cottage, hingga hotel sudah banyak tersedia dengan jumlah kamar keseluruhan mencapai seribu unit lebih.

Jika ada yang mengaku "traveller" atau "backpacker", rasanya menyesal jika belum menjelajah daerah yang berada di pojok selatan bagian paling barat Jawa Timur ini.

"Enjoy the little paradiso of Pacitan". Menikmati sensasi berpetualang di di balik rangkaian pegunungan karst di daerah yang barusan ditetapkan sebagai bagian kawasan taman bumi global atau "Global Geopark Network" Gunung Sewu. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015