Tulungagung (Antara Jatim) - Sebagian nelayan di Pantai Popoh, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mulai melirik usaha budidaya lobster, karena dinilai lebih efektif dan menawarkan keuntungan besar dibanding menangkapnya secara konvensional di sekitar karang ataupun terumbu karang.
    
"Kami mulai dengan membeli bibit, harganya pun sudah cukup mahal. Besaran setengah ons bisa Rp30 ribu. Untuk bobot 1-2 ons bisa lebih mahal lagi," ungkap Winarto, salah seorang budidaya di sekitar Pelabuhan Popoh, Tulungagung, Sabtu.
    
Ia mengungkapkan, tren budidaya lobster mulai dilirik sejumlah nelayan sejak empat bulanan terakhir.
    
Selain proses budidaya dianggap sederhana dan mudah dilakukan nelayan, lobster air laut dipilih karena lebih menjanjikan dan ukurannya lebih besar dibanding lobster air tawar.
    
Budidaya udang lobster dilakukan dengan membangun/membuat keramba di tengah pantai.
    
Keramba yang ditempatkan secara statis menggunakan pemberat di bawahnya itu mirip kolam apung.
    
Untuk membuatnya, nelayan menggunakan jaring, dan drum yang diikat dengan bambu agar mengapung di lautan.
    
"Dibuat dulu di darat, baru dibawa ke laut untuk penebaran benih," kata jelasnya.
    
Hal lain yang diperhatikan yakni pakan. Menurut Winarto, pakan biasanya menggunakan ikan kecil atau biasa dikenal ikan ruca.
    
Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari. Lobster sendiri bisa dipanen mulai enam bulanan.
    
"Semoga bisa leris. Harga jual rata-rata Rp200 hingga Rp300 ribu per kilogram. Mungkin nantinya pemasaran banyak ke luar kota seperti Surabaya dan Jakarta," jelas Winarto.
    
Karena baru belajar, lanjut dia, beberapa pembudidaya mengaku masih khawatir gagal panen.
    
Namun risiko itu bisa diminiamlisir dengan melakukan pemeriksaan keramba atau kolam apung secara berkala.
    
Pemilihan lokasi keramba juga diperhatikan agar selalu ada arus air laut di dalamnya, jelas Winarto.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015