Tulungagung (Antara Jatim) - Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mengidentifikasi
kasus HIV/AIDS atau orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di daerah itu
didominasi oleh kelompok ibu rumah tangga dibanding pekerja seks
komersil (PSK), karena faktor minimnya kesadaran masyarakat.
"Kalangan ibu rumah tangga atau IRT sebenarnya tidak masuk kelompok risiko tinggi (risti) tertular HIV/AIDS. Hal itu karena mereka bisa jadi tidak tertular secara langsung," terang Kasi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Didik Eka di Tulungagung, Jumat.
Berdasarkan data yang tercatat di Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Tulungagung maupun Dinkes Tulungagung, kasus HIV/AIDS atau ODHA yang berstatus ibu rumah tangga (IRT) tercatat sebanyak 251 kasus, sementara dari kalangan PSK sebanyak 200 kasus.
Jumlah kedua kelompok pasien tersebut, menurut Didik, sebenarnya masih berada di bawah data kasus sejenis untuk golongan pekerja nonprofesional atau karyawan yang mencapai 318 ODHA.
Namun klasifikasi yang disebut terakhir masih bersifat umum. Didik mengatakan, tingginya kasus HIV/AIDS di kalangan ibu rumah tangga disebabkan kelompok ini sebagian besar tertular karena ulah perilaku seks bebas suami.
Akibatnya, lanjut dia, kesadaran kelompok IRT untuk memeriksakan diri sangat rendah.
Penyakit HIV/AIDS pada kelompok IRT sebagian besar baru teridentifikasi saat sudah parah, setelah jatuh sakit dan mendapat perawatan medis di rumah sakit atau puskesmas.
"Berbeda dengan PSK yang lebih memiliki kesadaran untuk melakukan kontrol kesehatan. Faktor tingginya risiko pekerjaan mereka tentu sangat berpengaruh dibanding kelompok IRT," ujarnya.
Didik mengakui, kesadaran masyarakat akan penyakit HIV/AIDS masih sangat minim. Berdasarkan catatan KPA, dalam VCT yang dilakukan oleh KPA ditemukan 170 kasus, pasien yang datang sendiri untuk memeriksakan kesehatan ke dinas kesehatan sebanyak 261 pasien, lain-lain 84 pasien.
Sebanyak 659 pasien yang diketahui menderita HIV/AIDS itu, kata Didik, baru teridentifikasi setelah adanya rujukan medis atau setelah diketahui ketika pasien jatuh sakit.
"Berdasarkan catatan selama ini, kesadaran masyarakat akan penyakit AIDS masih minim, sehingga baru diketahui setelah periksa ke dokter," ujarnya.
Didik mengungkapkan, dari total 1.174 kasus yang teridentifikasi itu, separuh lebih berasal dari Tulungagung (757 ODHA), Blitar sebanyak 158 ODHA, Trenggalek sebanyak 149 ODHA, Kediri sebanyak 46 ODHA, dan daerah lainnya sebanyak 64 ODHA. "Sebanyak 284 ODHA di antaranya meninggal dunia," jelasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Kalangan ibu rumah tangga atau IRT sebenarnya tidak masuk kelompok risiko tinggi (risti) tertular HIV/AIDS. Hal itu karena mereka bisa jadi tidak tertular secara langsung," terang Kasi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Didik Eka di Tulungagung, Jumat.
Berdasarkan data yang tercatat di Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Tulungagung maupun Dinkes Tulungagung, kasus HIV/AIDS atau ODHA yang berstatus ibu rumah tangga (IRT) tercatat sebanyak 251 kasus, sementara dari kalangan PSK sebanyak 200 kasus.
Jumlah kedua kelompok pasien tersebut, menurut Didik, sebenarnya masih berada di bawah data kasus sejenis untuk golongan pekerja nonprofesional atau karyawan yang mencapai 318 ODHA.
Namun klasifikasi yang disebut terakhir masih bersifat umum. Didik mengatakan, tingginya kasus HIV/AIDS di kalangan ibu rumah tangga disebabkan kelompok ini sebagian besar tertular karena ulah perilaku seks bebas suami.
Akibatnya, lanjut dia, kesadaran kelompok IRT untuk memeriksakan diri sangat rendah.
Penyakit HIV/AIDS pada kelompok IRT sebagian besar baru teridentifikasi saat sudah parah, setelah jatuh sakit dan mendapat perawatan medis di rumah sakit atau puskesmas.
"Berbeda dengan PSK yang lebih memiliki kesadaran untuk melakukan kontrol kesehatan. Faktor tingginya risiko pekerjaan mereka tentu sangat berpengaruh dibanding kelompok IRT," ujarnya.
Didik mengakui, kesadaran masyarakat akan penyakit HIV/AIDS masih sangat minim. Berdasarkan catatan KPA, dalam VCT yang dilakukan oleh KPA ditemukan 170 kasus, pasien yang datang sendiri untuk memeriksakan kesehatan ke dinas kesehatan sebanyak 261 pasien, lain-lain 84 pasien.
Sebanyak 659 pasien yang diketahui menderita HIV/AIDS itu, kata Didik, baru teridentifikasi setelah adanya rujukan medis atau setelah diketahui ketika pasien jatuh sakit.
"Berdasarkan catatan selama ini, kesadaran masyarakat akan penyakit AIDS masih minim, sehingga baru diketahui setelah periksa ke dokter," ujarnya.
Didik mengungkapkan, dari total 1.174 kasus yang teridentifikasi itu, separuh lebih berasal dari Tulungagung (757 ODHA), Blitar sebanyak 158 ODHA, Trenggalek sebanyak 149 ODHA, Kediri sebanyak 46 ODHA, dan daerah lainnya sebanyak 64 ODHA. "Sebanyak 284 ODHA di antaranya meninggal dunia," jelasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015