Jombang (Antara Jatim) - Kementerian Agama Kabupaten Jombang, Jawa Timur, masih terus memantau kesehatan Sainten Said Tarub, calon haji asal daerah ini yang menjadi korban ambruknya crane di kompleks Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi.
"Dari laporan ketua kloter 15, Bu Sainten luka ringan dan masih dirawat di RSAS," kata Kepala Seksi Haji dan Umrah Kemenag Kabupaten Jombang Nur Habib Adnan di Jombang, Sabtu.
Ia juga mengatakan, terus komunikasi dengan ketua kloter, guna memastikan kesehatan Sainten serta jamaah asal Jombang lain yang berangkat menunaikan ibadah haji pada 2015.
Jumlah jamaah yang berangkat menunaikan ibadah haji pada musim haji tahun 2015 di Kabupaten Jombang sebanyak 1.045 jamaah. Mereka terbagi dalam tiga kelompok terbang (kloter), yakni kolter 14, 15, dan 16. Jamaah asal kabupaten ini juga sudah diberangkatkan sejak Kamis (27/8).
Sementara itu Koordinator Jaringan Islam AntiDiskriminasi (JIAD) Jawa Timur Aan Anshori mengatakan berita ambruknya crane di kompleks Masjidil Haram mengagetkan banyak pihak.
Ia mengatakan peristiwa tersebut semakin memilukan, karena banyak jamaah yang menjadi korban, termasuk jamaah asal Indonesia. Lebih dari 30 jamaah asal Indonesia dilarikan ke rumah sakit terdekat karena terluka akibat reruntuhan tersebut. Musibah itu terjadi, yang diduga karena badai pasir berat di Timur Tengah yang telah terjadi beberapa hari terakhir.
Aan mengatakan, pemerintah Indonesia harus memanggil Duta Besar Arab Saudi di Indonesia, untuk menjelaskan standar keamanan kerja dalam pembangunan, misalnya kenapa area renovasi, dimana crane berada masih bisa diakses oleh jamaah haji tanpa perlengkapan pengaman khusus?.
"Bukankah hal tersebut sangat beresiko bagi jemaah haji?" katanya.
Pemerintah Indonesia pun, lanjut dia punya kewajiban penuh untuk melindungi warganya agar bisa menunaikam ibadah dengan tenang tanpa was-was. Pemerintah harus mendesak Arab Saudi agar memperbaiki sistem pengamanan konstruksi, terutama di lokasi yang ada jamaah hajinya.
"Pemerintah Arab Saudi juga perlu melakukan audit investigatif bersama negara-negara asal jemaah haji yg menjadi korban untuk menemukan penanggung jawab terjadinya peristiwa tersebut," tegasnya.
Ia juga menambahkan, pemerintah perlu mempertimbangkan serius untuk melakukan moratorium haji untuk musim haji tahun depan, jika tidak ada respon serius terkait dengan insiden tersebut. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Dari laporan ketua kloter 15, Bu Sainten luka ringan dan masih dirawat di RSAS," kata Kepala Seksi Haji dan Umrah Kemenag Kabupaten Jombang Nur Habib Adnan di Jombang, Sabtu.
Ia juga mengatakan, terus komunikasi dengan ketua kloter, guna memastikan kesehatan Sainten serta jamaah asal Jombang lain yang berangkat menunaikan ibadah haji pada 2015.
Jumlah jamaah yang berangkat menunaikan ibadah haji pada musim haji tahun 2015 di Kabupaten Jombang sebanyak 1.045 jamaah. Mereka terbagi dalam tiga kelompok terbang (kloter), yakni kolter 14, 15, dan 16. Jamaah asal kabupaten ini juga sudah diberangkatkan sejak Kamis (27/8).
Sementara itu Koordinator Jaringan Islam AntiDiskriminasi (JIAD) Jawa Timur Aan Anshori mengatakan berita ambruknya crane di kompleks Masjidil Haram mengagetkan banyak pihak.
Ia mengatakan peristiwa tersebut semakin memilukan, karena banyak jamaah yang menjadi korban, termasuk jamaah asal Indonesia. Lebih dari 30 jamaah asal Indonesia dilarikan ke rumah sakit terdekat karena terluka akibat reruntuhan tersebut. Musibah itu terjadi, yang diduga karena badai pasir berat di Timur Tengah yang telah terjadi beberapa hari terakhir.
Aan mengatakan, pemerintah Indonesia harus memanggil Duta Besar Arab Saudi di Indonesia, untuk menjelaskan standar keamanan kerja dalam pembangunan, misalnya kenapa area renovasi, dimana crane berada masih bisa diakses oleh jamaah haji tanpa perlengkapan pengaman khusus?.
"Bukankah hal tersebut sangat beresiko bagi jemaah haji?" katanya.
Pemerintah Indonesia pun, lanjut dia punya kewajiban penuh untuk melindungi warganya agar bisa menunaikam ibadah dengan tenang tanpa was-was. Pemerintah harus mendesak Arab Saudi agar memperbaiki sistem pengamanan konstruksi, terutama di lokasi yang ada jamaah hajinya.
"Pemerintah Arab Saudi juga perlu melakukan audit investigatif bersama negara-negara asal jemaah haji yg menjadi korban untuk menemukan penanggung jawab terjadinya peristiwa tersebut," tegasnya.
Ia juga menambahkan, pemerintah perlu mempertimbangkan serius untuk melakukan moratorium haji untuk musim haji tahun depan, jika tidak ada respon serius terkait dengan insiden tersebut. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015