Surabaya, (Antara Jatim) - Pemerintah saat ini terus memproteksi impor ikan dalam rangka menyambut masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) 2015, dan juga untuk melindungi keberlangsungan nelayan dalam negeri.

Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya Saut Parulian Hutagalung, Jumat mengatakan, pada tahun 2014 lalu impor ikan kurang dari 10 persen.

"Jumlah tersebut akan terus ditekan dalam rangka menghadapi pasar bebas ASEAN yang rencananya akan dilaksanakan pada 1 Januari 2016," katanya saat menghadiri 'Industri Bahari Expo XV dan Agro Matching Expo XIV' di Surabaya, Jawa Timr.

Ia mengemukakan, salah satu instrumen yang bisa dilakukan adalah dengan membuat kebijakan terkait dengan impor ikan tersebut.

"Salah satunya kemungkinan masuknya ikan patin filet dari Vietnam yang bisa dibendung dengan cara membatasi takaran kandungan air dalam ikan tersebut," ungkapnya.

Ia mencontohkan, jika mengandalkan kualitas tentunya produk-produk tersebut bisa dengan mudah masuk ke Indonesia.

"Saya melihat, hanya orang kurang waras saja yang akan membeli produk lebih mahal dengan kualitas yang jelek pada saat memasuki MEA mendatang," tukas Saut.

Oleh karena itu, perlu adanya proteksi-proteksi melalui kebijakan pemerintah yang dapat dilakukan untuk membendung masuknya produk dari luar negeri.

"Seperti di Australia, saat ini memiliki alat canggih untuk melihat bakteri pada ikan, dan itu akan menjadi kebijakan negera tersebut untuk melindungi masuknya gempuran produk dari luar negeri," tuturnya.

Dalam pameran itu sendiri, dari 200 stan yang ikut berasal dari 34 instansi terkait dari 34 provinsi dan 20 kabupaten/kota di Indonesia, baik dalam bidang bahari dan agrobisnis.(*)

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015