Bangkalan (Antara Jatim) - Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur KH Salahuddin Wahid menyatakan pertemuan ulama keturunan pendiri ormas Nahdlatul Ulama di Bangkalan, Madura, Kamis, membahas langkah penyelamatan ajaran Ahlus Sunnah Wal-Jamaah (Aswaja).

"Yang paling prinsip dalam pertemuan ini terkait dugaan penyimpangan ajaran NU yang terjadi pada Muktamar ke-33 di Jombang," katanya di Bangkalan, Kamis.

"Gus Solah" sapaan karib KH Salahuddin Wahid ini menjelaskan, pertemuan yang digelar di Bangkalan ini merupakan upaya para tokoh ulama keturunan pendiri NU agar organisasi ini tetap berpegang teguh pada ajaran Aswaja yang menjadi ruh perjuangan NU.

Upaya penyimpangan Aswaja NU memang tidak bisa hanya dilakukan melalui gerakan kultural, tetapi juga bisa melalui gerakan politik.

Dalam kesempatan itu, mantan anggota Komnas HAM ini menuturkan pihaknya telah mengajukan surat kepada MenkumHAM untuk tidak mengindahkan apabila ada usulan perubahan hasil Muktamar NU di Jombang berupa perubahan AD/ART.

"Sebab, ada dugaan penyelewengan, maupun pergantian pengurus. Maka melalui surat itu kami meminta agar MenkumHAM memblokir jika ada perubahan AD/ART dan pengurus PB NU," katanya.

Bagi kalangan pesantren, kata dia, perubahan dalam struktur kepengurusan, memang tidak terlalu penting, dibandingkan dengan penyelewengan AD/ART. 

Gus Solah mengumpamakan, perubahan AD/ART di PBNU mirip dengan mengubah Pancasila, yakni harus melalui sidang MPR. Tanpa sidang, atau sidang digelar, tapi bermasalah, maka hasilnya juga bermasalah.

"Muktamar NU di Jombang itu bermasalah, karena peserta tidak disediakan cukup waktu untuk membahas AD/ART. Mudah-mudahan perumpamaan yang kami sampaikan ini masuk dalam alam pikiran Menkumham, sehingga tidak menerima begitu saja, berbagai bentuk perubahan AD/ART," katanya menambahkan.

Hal senada juga disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Safiiyah Sukorejo, Asembagus, Situbondo, KH Ahmad Azza'im Ibrahim. 

Menurutnya, setidaknya para kiai bisa mengembalikan ajaran Ahlus Sunnah Wal-Jamaah seperti ajaran para pendahulunya.

"Jadi saya tegaskan, pertemuan ini bukan dalam rangka menggulingkan atau merebut kepengurusan, namun menjaga ajaran masyayih agar tetap berpegang pada Aswaja NU," tegasnya.

Tiga tokoh ulama keturunan pendiri yang hadir dalam pertemuan Napak Tilas pendirian ormas NU yang digelar di pondok pesantren Syaichonan Mohammad Kholil Bangkalan, Kamis (3/9) itu masing-masing KH Salahuddin Wahid mewakili Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, KH Ahmad Azza'im Ibrahim mewakili Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Sitobondo serta selaku tuan rumah adalah KH Fahrillah Abdullah As Schal selaku Pengasuh Pondok Pesantren Syaichona Mohammad Kholil Bangkalan. 

KH Salahuddin Wahid merupakan keturunan KH Hasyim Asy'ari, KH Ahmad Azza'im Ibrahim keturunan KH As'ad Syamsul Arifin, sedangkan KH Fahrillah Abdullah As Schal merupakan keturunan KH Mohammad Kholil Bangkalan.

Selain ketiga tokoh ulama ini, hadir juga dalam pertemuan itu perwakilan Pengurus Wilayah NU dari dari Sulawesi dan Jawa Tengah. (*)

Pewarta: Abd. Azis

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015