Mojokerto (Antara Jatim) - Anak usaha PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) produsen bioetanol PT Energi Agro Nusantara (Enero) menandatangani kontrak jual-beli produk bioethanol sebesar 135 ribu liter dengan PT Total Oil Indonesia (TOI) yang merupakan sektor hilir dari Total Group.
Direktur Utama Enero Misbahul Huda, Senin, mengatakan penjualan bioetanol ini melengkapi sejumlah pihak yang telah membeli bioetanol dari Enero, seperti PT Pertamina dan sejumlah perusahaan dari Filipina serta Singapura.
"Penjualan ini membuktikan produk bioetanol kami secara bertahap terus mendapat kepercayaan pasar untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri," katanya dengan menyebut kalau bioetanol Enero terintegrasi dengan Pabrik Gula Gempolkrep di Mojokerto, Jawa Timur.
Ia mengemukakan, Enero merupakan anak usaha PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X). Enero yang mengolah limbah cair tebu (tetes/molasses) dari pabrik gula PTPN X menjadi bioetanol.
Pabrik tersebut menghasilkan bioetanol "fuel grade" kualitas tinggi dengan tingkat kemurnian minimal 99,5 persen yang sangat ramah lingkungan.
"Pasar bioetanol dalam negeri masih sangat besar seiring dengan adanya kewajiban bagi penyedia bahan bakar minyak (BBM) untuk melakukan pencampuran (blending) dengan bahan bakar nabati (BBN) seperti bioetanol. Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM 25 Tahun 2013 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan Bakar Lain, telah diatur kewajiban untuk blending BBM dengan biofuel, yaitu biodiesel dan bioetanol," katanya.
Ia mengatakan pemerintah menetapkan pemanfaatan BBN untuk tiga sektor, yaitu transportasi Public Service Obligation (PSO) atau BBM bersubsidi, transportasi non-PSO (BBM nonsubsidi), dan industri serta komersial.
"Pada 2015, target pemanfaatan bioetanol BBN untuk BBM bersubsidi sebesar 1 persen, nonsubsidi 2 persen, serta industri dan komersial 2 persen. Jika pewajiban itu berjalan optimal, pasar bioetanol dalam negeri sangat besar. Prospek jangka panjang bisnis ini sangat cerah," ujarnya.
Di sejumlah negara, kata dia, bahkan telah ada kewajiban blending BBN ke BBM hingga 10 persen dan 20 persen dan kondisi ini membuat permintaan produk bioetanol di pasar global dan regional akan terus meningkat.
"Kerja sama dengan Total diharapkan saling menguntungkan. Enero bisa menjual bioetanolnya, sedangkan Total dapat memenuhi instruksi pemerintah untuk blending bioetanol ke BBM-nya. Ke depan, kerja sama bisa diperluas termasuk untuk peningkatan volume penjualannya," ujarnya.
Pihaknya saat ini juga sedang menjajaki penjualan bioetanol dengan sejumlah pihak, baik di dalam maupun luar negeri dimana sebelumnya Enero telah mendapatkan kontrak pembelian bioetanol dari Filipina sebesar 4 juta liter dan dari Singapura 12 juta liter dengan kontrak dieksekusi secara bertahap.
"Kami optimistis ke depan permintaan bioetanol semakin meningkat seiring kesadaran untuk memacu penggunaan energi baru terbarukan," pungkas dia.
Sementara itu, Dirut PTPN X Subiyono mengatakan, produksi bioetanol merupakan upaya meningkatkan nilai tambah pabrik gula dan ke depan bisa menjadi salah satu penopang pendapatan di tengah pergerakan harga gula yang sering fluktuatif.
"Hampir semua industri gula di luar negeri seperti Thailand, India, dan Brazil, sudah menggarap bioetanol. Kami sudah membangun pabriknya dan ke depan akan terus memperluas pemasaran produknya," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
Direktur Utama Enero Misbahul Huda, Senin, mengatakan penjualan bioetanol ini melengkapi sejumlah pihak yang telah membeli bioetanol dari Enero, seperti PT Pertamina dan sejumlah perusahaan dari Filipina serta Singapura.
"Penjualan ini membuktikan produk bioetanol kami secara bertahap terus mendapat kepercayaan pasar untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri," katanya dengan menyebut kalau bioetanol Enero terintegrasi dengan Pabrik Gula Gempolkrep di Mojokerto, Jawa Timur.
Ia mengemukakan, Enero merupakan anak usaha PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X). Enero yang mengolah limbah cair tebu (tetes/molasses) dari pabrik gula PTPN X menjadi bioetanol.
Pabrik tersebut menghasilkan bioetanol "fuel grade" kualitas tinggi dengan tingkat kemurnian minimal 99,5 persen yang sangat ramah lingkungan.
"Pasar bioetanol dalam negeri masih sangat besar seiring dengan adanya kewajiban bagi penyedia bahan bakar minyak (BBM) untuk melakukan pencampuran (blending) dengan bahan bakar nabati (BBN) seperti bioetanol. Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM 25 Tahun 2013 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan Bakar Lain, telah diatur kewajiban untuk blending BBM dengan biofuel, yaitu biodiesel dan bioetanol," katanya.
Ia mengatakan pemerintah menetapkan pemanfaatan BBN untuk tiga sektor, yaitu transportasi Public Service Obligation (PSO) atau BBM bersubsidi, transportasi non-PSO (BBM nonsubsidi), dan industri serta komersial.
"Pada 2015, target pemanfaatan bioetanol BBN untuk BBM bersubsidi sebesar 1 persen, nonsubsidi 2 persen, serta industri dan komersial 2 persen. Jika pewajiban itu berjalan optimal, pasar bioetanol dalam negeri sangat besar. Prospek jangka panjang bisnis ini sangat cerah," ujarnya.
Di sejumlah negara, kata dia, bahkan telah ada kewajiban blending BBN ke BBM hingga 10 persen dan 20 persen dan kondisi ini membuat permintaan produk bioetanol di pasar global dan regional akan terus meningkat.
"Kerja sama dengan Total diharapkan saling menguntungkan. Enero bisa menjual bioetanolnya, sedangkan Total dapat memenuhi instruksi pemerintah untuk blending bioetanol ke BBM-nya. Ke depan, kerja sama bisa diperluas termasuk untuk peningkatan volume penjualannya," ujarnya.
Pihaknya saat ini juga sedang menjajaki penjualan bioetanol dengan sejumlah pihak, baik di dalam maupun luar negeri dimana sebelumnya Enero telah mendapatkan kontrak pembelian bioetanol dari Filipina sebesar 4 juta liter dan dari Singapura 12 juta liter dengan kontrak dieksekusi secara bertahap.
"Kami optimistis ke depan permintaan bioetanol semakin meningkat seiring kesadaran untuk memacu penggunaan energi baru terbarukan," pungkas dia.
Sementara itu, Dirut PTPN X Subiyono mengatakan, produksi bioetanol merupakan upaya meningkatkan nilai tambah pabrik gula dan ke depan bisa menjadi salah satu penopang pendapatan di tengah pergerakan harga gula yang sering fluktuatif.
"Hampir semua industri gula di luar negeri seperti Thailand, India, dan Brazil, sudah menggarap bioetanol. Kami sudah membangun pabriknya dan ke depan akan terus memperluas pemasaran produknya," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015