Surabaya (Antara Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur mencatat terdapat 398 desa terdampak kekeringan di wilayahnya sebagai imbas dari musim kemarau tahun ini.

"Data itu tercatat hingga pekan terakhir atau sampai dengan 23 Agustus 2015," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim Yanuar Rachmadi kepada wartawan di Surabaya,  Kamis.

Sedangkan, untuk jumlah desa potensi terdampak kering kritis atau yang berjarak 3 kilometer dengan sumber air, total terdapat 541 desa yang tersebar di 24 kabupaten/kota se-Jatim.

"Yang digarisbawahi, 541 desa itu berpotensi terdampak kekeringan, bukan yang sudah terdampak dalam kekeringan jenis kritis," ucapnya.

Kabupaten Sampang di Madura merupakan desa yang paling banyak terdampak kekeringan karena 46 desa di antaranya sudah terdampak, kemudian diikuti Kabupaten Bangkalan di Madura dan Kabupaten Gresik yang sama-sama terdapat 31 desa terdampak.

"Di Sampang dan Bangkalan, desa berpotensi sama jumlahnya dengan yang sudah terdampak kekeringan. Sedangkan, di Gresik masih ada empat desa lain yang termasuk berpotensi," katanya.

Kendati demikian, dari sejumlah desa berpotensi kekeringan, masih ada yang belum terdampak sama sekali, seperti tujuh desa di Kabupaten Madiun dan empat desa di Kabupaten Kediri.

Kemudian, jika dibandingkan pada musim kemarau tahun lalu, pada tahun ini jumlah kabupaten/kota terdampak kekeringan mengalami peningkatan, yakni 24 daerah (2015) dan 21 daerah (2014).

"Untuk jumlah desa potensi terdampak kering kritis pada 2014, sebanyak 624 desa dari 179 Kecamatan di 21 daerah. Tapi itu total sampai akhir musim kemarau," katanya.

Sementara itu, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jatim Nomor 757 tanggal 22 Juli 2015 tentang Tanggap Darurat Bencana Kekeringan Provinsi, dijelaskan bahwa tanggap darurat bencana kekeringan di wilayahnya selama 123 hari, terhitung mulai 1 Juli hingga 31 Oktober 2015. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015