Tak banyak hal dilakukan saat mobil jenis SUV yang kami tumpangi sampai di pos pendakian Ranu Pane yang terletak di ketinggian sekitar 2.100 mdpl (meter di atas permukaan laut). Begitu turun, rombongan pendaki era 1990-an akhir ini langsung beringsut ke belakang mobil lalu bergaya di depan kamera sembari jerprat-jepret mengambil gambar "selfie".

Perjalanan menuju pos pendakian Gunung Semeru di Ranu Pane cukup melelahkan. Berangkat sekitar pukul 09.00 WIB dari Kota Blitar yang berjarak sekitar 80 kilometer dari Kota Malang, kendaraan kami baru sampai di Ranu Pane sekitar pukul 14.00 WIB.

Praktis perjalanan yang ditempuh mencapai kurang-lebih lima jam. Dua jam perjalanan dari Blitar ke Kota Malang, sekitar satu jam perjalanan dari Kota Malang sampai Kecamatan Tumpang yang berada di kaki Gunung Semeru, dan dua jam perjalanan dari Kota Kecamatan Tumpang sampai ke pos Ranu Pane yang berjarak sekitar 25 kilometer.

Jalur dari titik Pasar Tumpang hingga Desa Ngadas sebenarnya cukup baik, namun pasca-Desa Ngadas hingga Ranu Pane jalan sebagian besar masih rusak dan tidak mudah dilalui kendaraan biasa, kecuali truk, SUV ataupun kendaraan untuk medan berat seperti SUV yang kami tumpangi.

Para pendaki yang tidak membawa motor biasanya menyewa SUV jenis jeep dengan tarif Rp50 ribu per orang atau menumpang mobil sayur yang hanya ada waktu pagi hari (harga negosiasi).

Selain alternatif jeep dan pikap pengangkut sayuran, pendaki bisa mencapai pos pendakian di Ranu Pane dengan menggendarai motor.

Lelah, tetapi tetap menyenangkan karena pemandangan kehidupan masyarakat di gunung maupun panorama lereng Bromo-Semeru yang dihiasai petak-petak ladang pertanian tampak begitu indah.

Sepanjang 25 kilometer menuju Ranu Pane adalah perjalanan yang menyenangkan.Namun, jalan yang akan dilalui sangatlah ekstrem. Jalan tersebut biasanya di lewati jeep. Di tengah perjalanan pendaki akan menemukan sebuah pertigaan jalan di mana ke arah kiri adalah ke arah Gunung Bromo dan lurus ke arah Gunung Semeru.

Jangan lupa, jika ingin mendaki di Semeru, persyaratan administrasi harus dipenuhi. Selain membayar biaya tiket masuk di pos penjagaan kawasan Taman Nasional Gunung Bromo-Tengger-Semeru (TNGBTS) di Desa Jambu sebesar Rp25 ribu per orang, pendaki wajib memperoleh surat izin pendakian dari TNGBTS, fotokopi KTP rangkap dua, serta surat keterangan dokter bahwa pendaki dalam kondisi sehat.

Tanpa satu saja persyaratan administrasi itu dipenuhi, jangan harap bisa lolos penjagaan atau diizinkan naik hingga puncak Mahameru, keculai hanya sampai di pos Ranu Pane.

Ekspedisi Selfie
Mendaki Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl jelas bukan lagi menjadi mimpi yang menggebu untuk diwujudkan setiap kali akhir pekan ataupun saat memasuki puncak peringatan HUT Kemerdekaan ke-70 RI seperti saat ini.

Bagi Farhan yang berlatar belakang konsultan, Mahendra yang sehari-hari sibuk berkecimpung di dunia usaha batu bara, Eko yang pengusaha jasa konstruksi, dan Dewa yang seorang penulis profesional, mengembara ke tengah hutan Gunung Semeru hanyalah seremoni untuk melepas penat.

Semacam bonus liburan bersama sembari bernostalgia bersama saat empat sekawan yang masih satu almamater di salah satu SMA di Blitar itu dulunya pernah punya kebanggaan menjelajah dari gunung ke gunung di Pulau Jawa. Mulai dari Gunung Welirang, Arjuna, Wilis, Bromo, Semeru, Lawu, Merbabu hingga Gede-Pangrango.

Namun, itu cerita kejayaan (atau lebih tepatnya kegilaan) masa lalu saat mereka masih remaja belasan tahun. Kini ceritanya sudah lain. Tidak banyak lagi gunung mereka daki, kecuali kegiatan advonturir secara acak dari satu lokasi wisata ke lokasi wisata yang lain. Mulai dari wisata pesisir hingga aksi napak tilas pendakian seperti mereka lakukan di lereng gunung api tertinggi di Pulau Jawa tersebut.

Meski tidak mendaki sampai Mahameru, keramaian suasana para penjelajah rimba sejak dari pos pendakian Ranu Pane, "camping ground" di Ranu Regulo hingga kawasan peristirahatan sementara bagi para pendaki di Ranu Kumbolo yang berada di ketinggian sekitar 2.400 mdpl memberi kesan yang sama seperti belasan tahun silam.

Lelah pasti karena harus menempuh perjalanan hampir lima jam dari Ranu Pane hingga Ranu Kumbolo yang berjarak sekitar 4,5 kilometer. Tetapi sensasi alam rimba yang sejuk dan segar terasa saat kaki menginjak bukit savana yang ada di sisi danau Ranu Kumbolo.

Farhan, Eko dan Dewa sendiri memilih menikmati suasana alam rimba pegunungan di danau Ranu Regulo (+/- 0,75 ha) yang berjarak sekitar satu kilometer dari pos pendakian Ranu Pane. Sementara Mahendra bersama porter profesional Fahmi Kowok memilih melanjutkan ekspedisi kecil mereka hingga Ranu Kumbolo, setelah sehari menginap bersama tiga rekannya yang lain dengan membangun tenda di tepian danau Ranu Regulo.

Tak hanya menikmati api unggun serta pemandangan alam yang maha indah dari tepi danau Ranu Regulo saat malam maupun pagi hari yang bersuhu di di bawah 0 derajat celcius, kesempatan itu banyak dimanfaatkan Farhan dkk untuk mengabadikan foto bersama setiap aktivitas mereka. Termasuk saat melakukan foto selfie bersama dengan dua teman pendaki perempuan asal Universitas Brawijaya yang memilih membangun tenda gunung di tepi danau Ranu Regulo, bersama beberapa pendaki lain. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015