Jombang (Antara Jatim) - Putri almarhum KH Abdurrahman Wahid  (Gus Dur),   Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau akrab disapa Yenny Wahid,  meminta muktamirin mengedepankan kesatuan, sehingga Muktamar Nahdlatul Ulama yang digelar di Jombang, Jawa Timur, bisa berjalan dengan lancar.

"Imbauan saya, hormati ulama kedepankan kesatuan dan rasa kasih sayang. Muktamar ini semua harus bersatu," katanya di Jombang, Selasa.

Keluarga terus memantau kegiatan muktamar yang digelar di Jombang ini, termasuk saat Pejabat Sementara Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustofa Bisri berpidato.

Keluarga berharap agar muktamar ini bisa berjalan dengan lancar dan adem ayem. Harapan itu juga sama dengan harapan para ulama dalam muktamar ini juga berjalan dengan lancar.

Ia juga yakin jika adanya perbedaan pendapat tentang konsep "ahlul halli wal aqdi" (Ahwa) tidak akan memecah umat. Konsep Ahwa merupakan konsep yang cukup positif.  

"Saya kok yakin NU tidak mudah pecah dengan itu. Ahwa mekanismenya mencapai mufakat, memilih pemimpin dengan musyawarah dan tidak ada yang negatif dari Ahwa," katanya.

Ia juga mengingatkan segala perbedaan itu agar disampaikan dalam forum, dimana cara tersebut dinilai lebih bijak, sehingga tidak perlu ada pertengkaran.

Kegiatan Muktamar NU di Jombang, diwarnai dengan berbagai perbedaan. Keributan juga sempat mewarnai saat pendaftaran peserta muktamar dimana peserta juga diminta menyerahkan daftar nama kiai untuk dipilih sebagai Ahwa.

Perbedaan juga terus berlanjut saat pemilihan tata tertib. Bahkan, berkali-kali pemilihan tata tertib tersebut terpaksa ditunda, sebab ada perdebatan dan belum ada titik temu antara muktamirin dengan panitia sidang.

Bahkan, karena terus ada perbedaan, Pejabat Sementara Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustofa Bisri sampai berpidato sambil menangis. Gus Mus yang juga pemimpin Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin Rembang ini mengambil alih tanggung jawab atas kekisruhan pada muktamar.

Ia meminta para peserta Muktamar NU mengikuti akhlakul karimah, akhlak KH Haysim Asy'ari dan para pendahulu. Pidato itu sempat membuat kekisruhan di muktamar reda, hingga akhirnya kegiatan muktamar bisa berlanjut. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015