Bojonegoro (Antara Jatim)  - Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan hama tikus, yang menyerang tanaman padi seluas 791 hektare, pada musim tanam kemarau ini, mengakibatkan produksinya menurun berkisar 5-15 persen.

"Tanaman padi seluas 791 hektare, yang diserang hama tikus tersebut tidak ada yang gagal panen, sebab petani dengan berbagai cara mengupayakan mengendalikan serangan hama tikus," kata Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Akhmad Djupari, di Bojonegoro, Rabu.

Ia menyebutkan tanaman padi seluas 791 hektare dengan usia berkisar 40-50 hari tersebut lokasinya di daerah endemis hama tikus yaitu di sejumlah desa di Kecamatan Kapas, Balen, Kanor, dan Bubulan.

"Di Kecamatan Kalitidu, juga masuk daerah endemis hama tikus, tapi belum ada laporan tanaman padi di daerah setempat diserang hama tikus," jelas dia.

Menurut dia, usaha mengendalikan serangan hama tikus di daerahnya sudah dilakukan, antara lain, dengan "gropyokan".

Selain itu, juga memanfaatkan memanfaatkan racun tikus jenis tiram, yang dimasukkan kedalam lubang persembunyian tikus.

"Cara mengendalikan serangan hama tikus dengan gropyokan dan memanfaatkan racun tikus jenis tiram cukup efektif," katanya, menegaskan.

Namun, ia mengakui para petani di sejumlah kecamatan juga melakukan usaha membasmi serangan hama tikus, dengan cara memasang aliran listrik di sawahnya.

"Meskipun dengan aliran listrik bisa membunuh tikus, tapi berbahaya bagi manusia," ujarnya.

Ia mencontohkan seorang perangkat desa di Desa Semanding, Kecamatan Kanor, ditemukan meninggal dunia, disebabkan terkena strum listrik yang dipasang di sawahnya.

Oleh karena itu, ia mengimbau para petani tidak memanfaatkan strum listrik untuk mencegah serangan hama tikus.

Ia juga menjelaskan usaha mencegah serangan hama tikus, juga dilakukan dengan memanfaatkan burung hantu.

"Memanfaatkan burung hantu untuk pembasmi tikus baru dimulai sejak setahun lalu. Tahun ini kami juga menambah populasi burung hantu untuk di tempatnya di sejumlah lokasi," paparnya.

Di lain pihak, lanjut dia, para petani di sejumlah desa di Kecamatan Kapas, juga menjaring burung hantu dengan membangun rumah burung hantu yang dipasang di tengah sawahnya.

"Memanfaatkan burung hantu sebagai pembasmi tikus juga lebih efektif, sebab burung hantu makanannya tikus," tandasnya. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015