Surabaya (Antara Jatim) - Sebanyak 50 saintis muda dari 7-8 negara ASEAN menyepakati koneksitas transportasi, energi, serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam forum "Young Engineer and Scientist Summit 2015" (YESS 2015) di Surabaya pada 5-9 Juni lalu.
     
"Kesepakatan 50 peserta yang meliputi 28 peserta Indonesia dan 22 peserta ASEAN (koneksitas transportasi, energi, dan TIK) itu akan dituangkan dalam Buku Ide," kata koordinator 'Topic Development' YESS 2015, Peter Ardianto, kepada Antara di Surabaya, Selasa.
     
Didampingi koordinator Humas YESS 2015, Fakhri Rizqullah, ia menjelaskan Buku Ide itu masih disusun sebuah tim yang akan bekerja hingga Ramadhan 1436 H atau akhir Juni 2015 dan nantinya akan dikirim kepada seluruh peserta.
     
"Tapi, prinsip koneksitas energi yang disepakati meliputi gas dan listrik, sedangkan koneksitas transportasi meliputi transportasi darat, laut, udara, dan kereta api. Untuk koneksitas TIK meliputi keamanan data dan jalur infrastruktur," kata mahasiswa ITS itu.
     
Bahkan, ketiga koneksitas yang disepakati itu juga dirumuskan dalam peta energi, transportasi, dan TIK untuk skala ASEAN, namun sifatnya bertahap, seperti koneksitas listrik diusulkan untuk dimulai dari Indonesia ke Malaysia.
    
"Untuk koneksitas transportasi, kami (para saintis muda ASEAN) sepakat untuk transportasi massal, seperti kereta api atau bus, karena itu kami tidak sepakat dengan kebijakan mobil murah, karena hal itu akan mempercepat habisnya energi fosil," katanya.
     
Selain itu, koneksitas transportasi itu juga sangat ditentukan infrastruktur jalan yang dalam catatan peserta YESS 2015 masih perlu perbaikan, karena banyak infrastruktur jalan yang rusak, di antaranya di Indonesia dan Thailand.
     
"Kami juga menyepakati perlunya perbaikan jalur maritim yang masih belum banyak, karena itu gagasan Presiden Joko Widodo tentang tol laut perlu dikembangkan hingga skala ASEAN. Untuk kereta api bisa meniru Boston dengan rel tiga tingkat," katanya.
     
Sementara itu, untuk koneksitas TIK, peserta sepakat menjadikan ASEAN sebagai "One Windows" untuk berbagi data administrasi yang terpadu, termasuk ATM bersama.
     
"Jadi, negara-negara ASEAN akan berada dalam posisi yang sama tanpa ada arogansi antar-negara, sehingga ASEAN akan menyatu tanpa memikirkan ego masing-masing," katanya.
     
Dalam kesempatan itu, koordinator Humas YESS 2015, Fakhri Rizqullah, menambahkan Buku Ide itu menjadi komitmen para saintis muda ASEAN dalam 10-20 tahun ke depan.
     
"Karena itu, Buku Ide itu akan menjadi komitmen kami sendiri, meski kami juga menyerahkan buku itu kepada pemerintah kami masing-masing, tapi tujuan buku itu untuk kami sendiri," katanya.
     
Ia mengibaratkan perkumpulan sejumlah pemuda pada tahun 1900-an untuk merumuskan kemerdekaan yang di Indonesia akhirnya tercapai pada tahun 1945.
     
"Artinya, komitmen bersama dalam YESS 2015 akan dapat kami wujudkan dalam sebuah kebersamaan ASEAN pada 10-20 tahun ke depan ketika kami sudah dewasa," katanya.
     
Oleh karena itu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya akan terus melanjutkan YESS dan bahkan mungkin saja menjadi Kongres YESS. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015