Probolinggo (Antara Jatim) - Pemkab Probolinggo beserta relawan menggelar simulasi proses evakuasi warga suku tengger sebagai antisipasi menghadapi siklus lima tahun erupsi Gunung Bromo yang terjadi pada 26 November 2010 lalu.







"Tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), relawan, TNI, dan anggota kepolisian bahu membahu menggelar simulasi di lapangan Sukapura karena Gunung Bromo yang mempunyai ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut itu masih dinyatakan sebagai gunung aktif," kata Kepala BPBD Kabupaten Probolinggo, Dwijoko Nurjayadi, Kamis.







Ia mengatakan simulasi ini bertujuan untuk mengantisipasi masyarakat dan pihak terkait apabila gunung bromo kembali meletus, karena ketika melihat pada peristiwa erupsi tahun 2010 lalu, sedikitnya ada 30 ribu Kepala Keluarga (KK) di lima kecamatan yaitu Kecamatan Sukapura, Lumbang, Kuripan, Sumber, dan Wonomerto menjadi korban.







"Jika gunung berkawah itu kembali meletus maka sedikitnya 30 ribu KK akan terancam dan akan menjadi daerah terdampak bencana letusan gunung bromo, sehingga kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk lebih waspada dan mengedukasi masyarakat tentang warga yang menjadi prioritas untuk diselamatkan seperti para lansia, wanita hamil, anak-anak, serta warga yang sakit," paparnya.







Simulasi yang dilakukan itu, ia menambahkan merupakan sebagian rangkaian proses evakuasi warga suku tengger agar masyarakat suku tengger tidak panik jika gunung bromo kembali meletus karena simulasi erupsi gunung bromo dapat memberikan deteksi dini bencana.







"Simulasi ini tentunya diharapkan dapat memberikan deteksi dini bencana serta melakukan penyelamatan korban erupsi secara benar, jika siklus benar-benar terjadi maka diperkirakan peningkatan status gunung bromo terjadi pada akhir tahun ini," ujarnya.







Lebih lanjut dia mengungkapkan, simulasi sebagai rencana antisipasi siklus letusan gunung bromo karena siklus erupsi bromo tercatat terjadi setiap lima hingga enam tahun sekali, dan tercatat dalam dua dekade ini gunung bromo meletus pada tahun 1994, 1996, 2000, 2004, dan terakhir pada 2010 lalu.







"Biasanya erupsi gunung bromo ini berlangsung beberapa bulan. Sejak saat itu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menetapkan status gunung yang terletak di wilayah Probolinggo, Pasuruan dan Malang itu dalam level waspada," tuturnya.







Sementara itu, salah satu warga suku tengger, Maulita Agustina mengatakan pada tahun 2010 lalu, abu erupsi Gunung Bromo mengguyur sejumlah desa di sekitarnya sehingga menutupi lahan-lahan pertanian warga dan mengakibatkan ratusan ternak mati.







"Banyak hewan ternak yang mati dan lahan pertanian tidak bisa ditanami lagi karena tekena abu erupsi gunung bromo, sehingga kami berharap agar pemerintah juga memikirkan nasib kami sebagai rakyat biasa," tandasnya. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Akhmad Munir


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015