Surabaya (Antara Jatim) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku khawatir jika maju kembali di Pilkada Surabaya 2015 banyak  program-program pembangunan di kota Pahlawan ini akan terganggu.
     "Saya khawatir konsentrasi saya terpecah karena saya ingin menang. Saya sekarang punya tanggung jawab hingga September mendatang," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kepada wartawan seusai upacara peringatan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-722 di Taman Surya Surabaya, Minggu.
     Saat ditanya soal dukungan dari masyarakat yang menginginkannya kembali memimpin Surabaya, dia enggan menanggapinya. Dia hanya mengakui bahwa, dorongan untuk kembali menjadi wali kota sangat tinggi.
     Namun Risma berupaya menekan hasrat tersebut lantaran tidak ingin warga Surabaya menjadi korban. "Saya tetap manusia, kan ada setan yang menggoda saya (untuk menjadi wali kota lagi). Hawa nafsunya itu luar biasa. Saya tidak mau warga saya punya masalah karena nafsu saya. Tuhan yang akan ngatur. Saya ingin konsentrasi pada program saya," katanya.
     Pengamat Politik sekaligus Direktur Parlemen Watch Jatim Umar Salahudin sebelumnya menyarankan agar Tri Rismaharini harus siap dengan risiko jika maju lagi di Pilkada Surabaya 2015 lewat jalur independen sebagai opsi kedua.
     "Menurut saya Risma perlu memiliki pendirian yang kuat jika ingin maju lagi. Mengingat sanksi jika mengundurkan diri dari jalur Independen cukup berat yakni harus membayar denda Rp10 miliar," kata Umar.
     Hal ini menindaklanjuti pernyataan sebelumnya dimana pihaknya meminta Rismaharini mewaspadai upaya penjegalan dirinya agar tidak bisa maju lagi di Pilkada Surabaya 2015.
     Sehingga Risma harus punya rencana atau opsi lain seperti halnya maju lewat jalur independen atau koalisi parpol, jika saat injury time tiba-tiba PDIP membatalkan rekomendasi untuknya.
     Berdasarkan pengalaman Pilkada Surabaya sebelumnya, calon yang semula dipastikan dapat rekomendasi yakni Saleh Mukadar (Ketua DPC PDI-Perjuangan Surabaya saat itu) dan Bambang D H. Namun menjelang detik-detik akhir, justru yang mendapatkan rekomendasi dari Ketua Umum PDI-Perjuangan, Megawati adalah Tri Rismaharini dan Bambang D H.
     Umar mengatakan Rismaharini perlu memiliki ketegasan dan pendirian yang kuat karena setiap keputusan pasti ada risikonya. "Seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan, meski kadang pahit," katanya.
     Selama ini, Umar menilai Rismaharini seperti halnya "gadis seksi" yang diburu banyak orang, baik partai maupun pemilih. "Jika memang tidak punya cemistri dengan PDIP, lebih baik cari kendaraan lain yang lebih nyaman dan aman, baik melalui partai maupun independen. Tapi menurut saya tetap pakai kendaraan partai," katanya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Akhmad Munir


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015