"Mas, soto dua, minumnya es teh. Jangan lupa ototnya ya mas," ucap seorang pembeli ketika memesan dua porsi soto ke penjualnya, M. Ayyub. Belum penuh kuah tertuang di mangkok, kembali pembeli lainnya datang memesan. "Satu Yub. Ototnya jangan lupa, itu yang enak," kata pria tengah baya berbaju motif kotak-kotak cokelat memesan sembari duduk tepat di bangku depan gerobak dorong sotonya. Tidak berselang lama, tiga mangkok yang dipesan pembeli sudah siap dan Ayyub, sang penjual, secara bergantian mengantarkan untuk pelanggannya. "Silakan mas. Ini yang nasinya dipisah dan satunya dicampur. Sambal dan kecap sudah di meja, bisa ambil sendiri," katanya sembari menawarkan minuman. "Ada es teh dan es jeruk, atau yang hangat juga ada?," ucapnya menambahkan. "Mas, saya tambahin dong ototnya. Jangan lupa kuahnya ditambah sedikit," sahut Zainal, salah seorang pembeli lainnya. Menurut Zainal, soto yang dijual Ayyub ini sebenarnya sama dengan penjual soto Madura pada umumnya, namun terdapat perbedaan rasa di kuah. "Kuahnya itu beda dan orang sudah pasti paham jika rasanya soto milik Mas Ayyub ini. Apalagi ikannya ditambah otot, sangat menggugah selera dan ingin nambah terus," ujar bapak satu anak tersebut. Soto Otot Jimerto namanya, terletak di Jalan Jimerto Surabaya, tidak jauh dari kompleks Balai Kota Surabaya. Lokasinya sangat mudah dijumpai karena berada di pinggir jalan bisa dibilang cukup sederhana, karena hanya dengan gerobak dorong, tenda serta beberapa meja dan kursi. Dengan harga Rp17 ribu per porsi, soto ini memiliki ramuan spesial sehingga membuat pelanggannya tak punya alasan untuk tidak mencobanya kembali. Selain ditambah otot atau urat tulang muda, ciri khas berada di kuahnya, dengan bumbu yang diracik tanpa bawang merah. "Biasanya soto daging itu ada empat macam bumbu, namun di sini tiga saja, yakni kunyit, jahe dan bawang putih," tuturnya. Taburan daun seledri dan bawang goreng menambahkan aroma dan rasa yang gurih di kuahnya. Sarjana Sosial Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut juga mengatakan, proses memanaskan kuah ketika di warung menggunakan arang dengan harapan menjaga citra rasanya. "Kalau dipanaskannya bukan dengan arang maka berpengaruh terhadap rasa. Ini yang membedakan," tukas pria yang meneruskan usaha orang tuanya itu. Anda ingin mencicipi? Disarankan datang di bawah pukul 12.00 WIB karena dikhawatirkan sudah habis jika datang terlalu siang, atau bahkan datang mulai pagi pukul 06.00 WIB. Selain soto otot, tersedia juga menu soto spesial urat, daging kisi dan jeroan. Selamat makan! (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015