Tulungagung (Antara Jatim) - Tim Pelaksana Pemugaran Candi Sanggrahan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mengakui proses renovasi situs peninggalan zaman Kerajaan Majapahit itu terkendala bahan baku batu untuk mengganti bagian konstruksi candi yang hilang atau rusak. "Kami kesulitan untuk mendapatkan bahan baku batu yang sesuai, atau setidaknya mendekati sama dengan kontur batu candi aslinya," kata Ketua Tim Pelaksana Pemugaran Candi Sanggrahan di Desa Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung, Iwan Tarwanto, Selasa. Pihak pelaksana pemugaran sendiri telah memasang sebagian material batu yang telah dipotong sedemikian rupa sehingga menyerupai konstruksi asli candi. Namun karena jenis batuannya lebih keras dan baru, beberapa penampang candi yang dipugar terlihat perbedaan warna. Selain lebih padat dan keras, warna batuan baru yang dipasang lebih putih dan cerah. "Kalau mencari batu yang sama persis atau mendekati sama sangat sulit. Perajin batu juga tidak bersedia melakukan pemotongan pada batu yang kepadataannya tidak merata seperti kontur batuan candi yang asli, karena mudah merusak gigi gergaji," ungkap Iwan. Lantaran tidak ada pilihan bahan baku batu yang sama persis serta mempertimbangkan ketersediaan di lapangan, lanjut Iwan, pihaknya memutuskan menggunakan batuan sedimen hasil olahan perajin batu di wilayah Kecamatan Campurdarat. Sementara untuk bata merah yang memiliki ukuran ketebalan dan lebar tertentu, didatangkan dari para perajin di daerah Trowulan. Proyek pemugaran Candi Sanggrahan telah dilakukan pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan sejak 2014. Pelaksanaan pemugaran direncanakan bertahap, menyesuaikan ketersediaan anggaran setiap tahunnya. Melihat banyaknya bagian kawasan situs peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit yang harus direnovasi, kata Iwan, proses pemugaran hingga mencapai bentuk asalnya seperti dalam perencanaan/rekayasa konstruksi diperkirakan memakan waktu antara 8-10 tahun. (*)

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015