Selama ini banyak warga dan wisatawan hanya mengetahui bahwa di Kota Surabaya ada Museum Tugu Pahlawan, Museum Seni "House of Sampoerna", Museum Kesehatan (Kemenkes), Museum Pendidikan Kedokteran (Unair), dan Museum Kanker (Yayasan Kanker), dan Monumen Kapal Selam (Monkasel), tapi Surabaya kini memiliki museum baru mulai tahun 2015.
Nama musem baru itu adalah Museum Kota Surabaya. Inilah museum yang menampilkan sejarah kota Surabaya! Museum yang baru diresmikan pada 3 Mei 2015 untuk menandai KUT Ke-722 Kota Pahlawan itu berada di jantung kota, tepatnya di lantai I Gedung Siola di Jalan Tunjungan Surabaya.
Ada sekitar 1.000 benda-benda yang menceritakan Surabaya tempo dulu dipajang di Museum Kota Surabaya. Bagi warga yang ingin datang ke Museum tersebut tidak dipungut biaya alias gratis.
Benda-benda kuno yang menceritakan Surabaya tempo dulu yang dipajang di antaranya foto wali kota sejak zaman penjajahan hingga saat ini, mesin ketik kuno, perlengkapan pemadam kebakaran, berbagai penghargaan serta lainnya.
Barang antik tersebut di antaranya berasal dari koleksi di masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Beberapa dinas menyumbangkan beberapa benda yang dipandang memiliki nilai historis, misalnya Dinas Pemadam Kebakaran (PMK) yang memamerkan pakaian petugas PMK mulai dari zaman Belanda, Jepang, awal kemerdekaan hingga sekarang.
Baju-baju tersebut terpajang pada manekin-manekin lengkap mulai dari topi hingga sepatu. Perlengkapan lainnya seperti alat penyemprot dan lonceng tanda kebakaran juga dipamerkan.
Sementara itu, Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya mengusung komputer server yang pernah digunakan operasional area "traffic control system" (ATCS). Perangkat ini dulu mulai digunakan sejak 1994 hingga 2009. Dikarenakan sudah ada alat yang lebih canggih, maka perangkat ini tidak lagi dipakai.
Berjarak sekitar lima meter dari panggung etalase dishub, terdapat dua mesin proporsi manual dari dinas pendapatan dan pengelolaan keuangan (DPPK). Dalam keterangannya tertulis bahwa alat ini dahulu digunakan untuk pengesahan karcis maupun retribusi oleh Pemkot Surabaya.
Banyak nilai-nilai yang mungkin warga belum mengetahui, namun benda tersebut merupakan bagian dari perjalanan pembangunan Kota Surabaya. Jadi, museum ini sengaja menampilkan perpaduan antara masa lalu dan masa kini.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tidak menampik bahwa museum ini belum sempurna dan masih perlu pengembangan. Oleh karenanya, pihaknya akan terus menambah koleksi benda-benda bersejarah. (Misalnya, PCNU Surabaya dan LKBN Antara Biro Surabaya juga memiliki koleksi bersejarah terkait persiapan dan pemberitaan kemerdekaan).
"Ini (pengembangan museum) tidak berhenti sampai di sini. Ke depan pasti akan terus ditambah koleksinya," ujar wali kota perempuan pertama di Surabaya itu.
Risma mengatakan Museum Surabaya akan menjadi destinasi wisata baru. Menurutnya, di gedung Siola, selain Museum, pihaknya akan mengisi beberapa ruangan dengan pusat jajan khas Surabaya, pameran lukisan, sentra UKM, hingga kantor SKPD. Beberapa SKPD yang kantornya dipindah ke gedung bersejarah itu, yaitu Dinas kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Tanah dan Bangunan serta Dispendukcapil.
"BKPM, Dinas Tanah dan Bangunan serta Dispendukcapil kita pindah ke sini supaya pelayanan ke masyarakat dekat, pelayanannya mulai Pukul 09.00 WIB pagi sampai Pukul 21.00 WIB," kata alumnus ITS Surabaya ini.
Berkaitan dengan pertunjukan kesenian, wali kota mengungkapkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan beberapa seniman. "Di sini nanti ada pertunjukan musik keroncong, Jazz, Tari, drama tinggal mengatur jadwalnya saja," katanya.
Antusiasme Warga
Para pengunjung yang datang di museum adalah dari kalangan pelajar hingga orang tua yang mengajak putra-putrinya. Mereka terlihat antusias menyaksikan satu demi satu koleksi Museum Surabaya yakni dari mulai arsip kependudukan sejak tahun 1837, baju Dinas Pemadam Kebakaran sejak zaman Belanda, juga dua becak yang berwarna biru dan putih.
"Menurut saya bagus sekali. Dengan adanya Museum Surabaya ini, saya bisa mengajarkan kepada anak-anak tentang sejarah Surabaya. Saya pun yang awalnya hanya tau wali kota Surabaya mulai era pak Soenarto Soemaprawiro, ternyata sejak tahun 1916 sudah ada wali kota," kata Farid (38), warga Mulyorejo yang mengajak istri dan kedua anaknya untuk menikmati koleksi Museum Surabaya.
Salah satu pojok di Museum Surabaya yang menjadi favorit pengunjung adalah deretan foto wali kota Surabaya dari mulai Wali Kota Surabaya pertama, Mr A Meyroos, yang menjabat pada 1916 hingga 1920, sampai era Wali Kota Tri Rismaharini sekarang.
Antusiasme dan respons positif warga terhadap Museum Surabaya, sekaligus menjadi jawaban dari harapan Tri Rismaharini terkait keberadaan museum tersebut. Ia berharap warga Surabaya terutama pemuda dan anak-anak, bisa lebih mengetahui sejarah kotanya melalui rumah benda-benada bersejarah tersebut.
"Ide ini sebenarnya sudah ada sejak saya menjabat wali kota. Dengan adanya Museum Surabaya ini, anak-anak bisa belajar. Generasi muda bisa tahu tentang sejarah Kota Surabaya," tegas wali kota.
Budayawan dan Pemerhati Sejarah Surabaya Dukut Imam Widodo mengapresiasi langkah Pemkot Surabaya karena telah memulai langkah untuk mewujudkan Museum Surabaya. Menurutnya, dulu, jauh sebelum perang kemerdekaan, Surabaya sebenarnya pernah punya museum yang digagas Gh Von Faber.
"Untuk koleksinya mungkin memang belum sepenuhnya mewakili sejarah Surabaya, tetapi harus dimulai. Memang belum sempurna, tetapi harus segara dilakukan. Itu langkah bagus. Jadi jangan cuma bilang 'kok cuma begini'. Saya berharap warga mau untuk ikut menyumbangkan koleksinya. Karena ini semangatnya sudah bagus," jelas Dukut.
Penulis buku Hikajat Soerabaia Tempo Doeloe ini menambahkan, dirinya kini tengah menyiapkan semacam diorama berupa koleksi foto sejarah Surabaya yang dimilikinya, untuk disumbangkan ke Museum Surabaya.
"Ada diorama mulai berdirinya Surabaya, hingga lambang Kota Surabaya. Ini sedang saya siapkan. Mudah-mudahan satu bulan lagi sudah selesai," jelasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015