Malang (Antara Jatim) - Indonesian Society for Animal Wilfare ("ISAW") mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk peka terhadap kondisi satwa yang ada di kebun binatang karena sebagian besar kondisinya sangat memprihatinkan. "Kami ingin masyarakat terlibat dalam pengawasan kondisi kebun binatang yang dikunjunginya melalui program 'Zoo Reporting for Citizens Application' (Zoo Recapp)," kata Direktur Eksekutif ISAW Kinanti Kusumawardani, Kamis. Zoo Recapp adalah sebuah aplikasi interaktif untuk melakukan melakukan penilaian kebun binatang secara mudah dan sistematis melalui perangkat mobile. Tujuan Zoo Recapp tersebut, untuk membangun platform pelaporan kolektif warha (crowdsoursing) terkait kondisi satwa di kebun binatang. Untuk mewujudkan pengembangan Zoo Recapp tersebut, Isaw melakukan penggalangan dana selama 60 hari ke depan lewat situs crowdfunding.Indiegogo.com. Ia mengakui semakin memprihatinkannya kondisi satwa kebun binatang di Indonesia dan rendahnya tingkat kepedulian masyarakat terhadap satwa, mendorong ISAW untuk mengembangkan Zoo Recapp sebagai media edukasi interaktif mengenai standar kesejahteran satwa yang mengacu pada metode penilaian Zoo Exhibit Quick Audit Process (ZEQAP). Kinanti mencontohkan tragedi kematian satwa di sejumlah kebun binatang di Indonesia beberapa tahun terahir ini, seperti singa mati "gantung diri", jerapah mati dengan timbunan sampah plastik di perutnya dan harimau yang sakit karena mengonsumsi daging berformalin, merupakan bukti nyata bahwa perikehidupan satwa di kebun binatang masih yang terabaikan. Selain penurunan kondisi fisiologis, tekanan mental bagi satwa dalam kurungan akan memunculkan perilaku abnormal (stereotypic behavior), seperti gerakan satwa berjalan mondar-mandir tanpa tujuan, gerakan berayun, dan menggigit-gigit kawat pada kandang. Menurut dia, munculnya perilaku stereotipik mengindikasikan tingkat kesejahteraan yang buruk pada satwa. "Melalui Zoo Recapp, kami ingin mengajak masyarakat untuk lebih peka terhadap masalah kesejahteraan satwa dan berperan aktif dengan mengamati, menilai, dan melaporkan kondisi satwa di kebun binatang," ujarnya. Menyinggung pengembangan prototipe aplikasi Zoo Recapp, Kinanti mengatakan untuk ponsel pintar dengan sistem operasi Android sudah diuji coba oleh 25 orang siswa Bandung Independent School (BIS) dan komunitas anak jalanan Bandung Street Children Program. Sedangkan dana yang diperoleh dari crowdfunding campaign selama 60 hari itu akan dipergunakan untuk penyempurnaan aplikasi dan pengembangan Zoo Recapp pada dua sistem operasi lainnya, yaitu Windows dan iOS. Sementara Pendiri lembaga Protection of Forest and Fauna (Profauna) Rosek Nursahid, mengatakan memang sudah saatnya masyarakat luas memiliki media untuk memasyarakatkan nilai-nilai kepedulian terhadap kesejahteraan satwa yang saat ini masih terabaikan. "Harapannya, dengan adanya Zoo Recapp ini akan lebih banyak lagi masyarakat yang peduli terhadap kondisi dan kesejahteraan satwa, tidak hanya di kebun binatang, tapi juga di lingkungan masyarakat yang diperjual belikan secara bebas, apalagi satwa yang dilindungi Undang-Undang," ujarnya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015