Surabaya (Antara Jatim) - Mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unair meminta belasan calon rektor yang mengikuti pemilihan rektor 2015-2020 untuk membenahi infrastruktur kampus dan UKT (uang kuliah tunggal). "Meski jumlah mahasiswa itu mayoritas, tapi kami tidak mempunyai hak suara, kecuali tiga persen yang diwakili Presiden BEM, karena itu kami minta para calon rektor untuk menyimak aspirasi kami," kata Menteri Kebijakan Publik BEM Unair Rafif Ramadhani di kampus setempat, Rabu (22/4). Di sela Forum Terbuka Mahasiswa Bersama Calon Rektor di pelataran Perpustakaan Kampus B Unair, mahasiswa semester 8 Fisip Unair itu, mengaku forum bersama BEM tersebut merupakan wahana mahasiswa untuk mengetahui visi dan misi para calon rektor, sekaligus mereka tahu aspirasi mahasiswa. "Saat Uji Masyarakat Kampus (UMK), para mahasiswa banyak yang tidak bisa datang karena benturan dengan jadwal kuliah dan ujian, selain itu juga ada mis-komunikasi bahwa mahasiswa yang mengikuti debat calon rektor harus mendapatkan surat dispensasi, padahal sebenarnya bebas," katanya. Oleh karena itu, BEM menggunakan "cara mahasiswa" untuk mewujudkan "jalan tengah", yakni mengundang para calon rektor untuk berbicara langsung di hadapan mahasiswa, meski ada empat di antara 15 calon rektor yang berhalangan karena bersamaan dengan jadwal uji kepatutan dan kelayakan calon rektor. "Yang jelas, kami akan mengkaji berbagai visi dan misi para calon rektor serta mengkaji aspirasi mahasiswa, lalu akan kami rumuskan untuk nantinya kami sampaikan kepada tiga kandidat terpilih dari 15 calon rektor yang berkompetisi saat ini, sehingga keinginan mahasiswa akan terealisasi," katanya. Dalam forum itu, para mahasiswa antara lain berharap perbaikan infrastruktur, seperti parkir per fakultas dan fasilitas "tower syariah" yang terbengkalai untuk dituntaskan oleh rektor terpilih. "Parkir itu penting, karena lokasi parkir sudah tidak memadai," katanya. Selain itu, para mahasiswa juga berharap adanya pembenahan UKT yang dinilai terlalu mahal. "Paling tidak ada pengkajian ulang UKT, lalu kami juga berharap adanya fokus pada tridarma perguruan tinggi, termasuk penataan lokasi PKL (pedagang kaki lima) yang manusiawi," katanya. Di sela forum terbuka yang dipandu Presiden BEM Unair Febrian Kiswanto itu, salah seorang calon rektor Prof Dr CA Nidom menyatakan setuju adanya evaluasi terhadap UKT, karena itu pihaknya akan mempercepat pendapatan non-UKT yang berbasis riset. "Untuk itu, saya juga akan mendorong desentralisasi keuangan yang berbasis fakultas, tapi program dilakukan secara sentralisasi, jadi sentralisasi keuangan akan saya ganti dengan sentralisasi program," kata guru besar FKH yang juga peneliti Flu Burung itu. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015