Surabaya (Antara Jatim) - Suasana peringatan Hari Kartini yang digelar Pemerintah Kota pada tahun ini di Balai Kota Surabaya, Selasa, agak berbeda dengan sebelumnya. Sebab, Pemkot Surabaya pada peringatan kali ini lebih menonjolkan sisi kefemininan di kalangan para laki-laki. Kepala dinas dan camat laki-laki wajib mengikuti lomba memasak nasi goreng. Lomba masak untuk kaum adam ini berjalan menarik. Tidak jarang aksi para pejabat di lingkungan Pemkot Surabaya tersebut diselingi gelak tawa. Maklum, tidak semua terbiasa meracik bumbu dan mengolah nasi goreng di depan penggorengan. "Ini kebanyakan porsinya," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sambil tersenyum simpul saat mengunjungi seorang peserta lomba memasak nasi goreng. Selain lagak para peserta, nama-nama nasi goreng yang dimasak juga menambah daya tarik. Sebab, beberapa satuan kerja perangkat daerah (SKPD) memilih nama unik, misalnya Nasi Goreng (Nasgor) Mercon dari Camat Tambaksari, Nasgor "Jamur Mendem" karya Kepala Dinas Pertanian dan Nasgor "Terdampak Lokalisasi" hasil masakan Kepala Dinas Sosial. Nama lainnya, Nasgor Raisin yang merupakan singkatan dari Rambu Ikan Asin. Nasgor tersebut diusung Kepala Dinas Perhubungan. Tampilannya pun dibuat menarik dengan penambahan ikon-ikon kecil bergambar rambu-rambu lalu lintas. Selain itu, tidak ketinggalan Nasgor "Judge Bao" karya Kasatpol PP dan nasi goreng "Lantai Lima" oleh Kabag Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Diberi label "Lantai Lima" karena kantor Bagian Pemerintahan dan Otoda memang berada di lantai lima gedung Pemkot Surabaya. Usai mengunjungi tiap-tiap peserta, Wali Kota Surabaya, Tri rismaharini, mengimbau kepada kaum perempuan yang menduduki jabatan di lingkungan pemerintah kota agar tidak melupakan perannya sebagai ibu rumah tangga. "Kalau di rumah dia harus memerankan seorang ibu rumah tangga. Saya ingatkan ini, jangan kemudian merasa diri kita lebih, mereka bawa ke rumah," tuturnya. Risma berharap, gaya kepemimpinan para pejabat di kantor tidak diterapkan di rumah karena menurut perempuan pertama yang menjabat wali kota Surabaya itu, di rumah orang tua juga berkomunikasi dengan anak. Wali kota mengakui di lingkungan pemerintah kota beberapa pegawai gagal membina rumah tangganya hanya karena persoalan sepele, yakni gaji istri lebih tinggi dari suaminya. "Macam-macam (penyebab cerai). Ada yang suami nyeleweng. Tapi ada juga karena yang perempuan merasa pendapatannnya lebih tinggi, jadi ada perubahan sikap," katanya. Wali kota menegaskan dalam karir perempuan boleh berkarir. Namun, ia meminta tidak melupakan kodratnya sebagai ibu rumah tangga. "Kartini boleh berprestasi, sudah tidak ada halangan lagi. Tetapi tetap harus tahu kodrat kita sebagai ibu rumah tangga," tegasnya. Ia menambahkan, dalam lingkungan pemerintah kota ia telah memberi kesempatan pada perempuan untuk menduduki jabatan yang sama dengan kaum pria. Ia mencontohkan, kepala Dinas kebakaran yang saat ini dijabat oleh perempuan. Menurutnya, keputusan yang ia buat merupakan keputusan yang berani karena hampir tidak ada jabatan Kepala Dinas Pemadam Kebakaran disandang oleh perempuan. "Ini mungkin pertama di dunia, saya tunjuk Kepala dinas PMK perempuan. Artinya saya tidak membedakan," terangnya. Risma menegaskan meski memiliki prestasi perempuan harus bisa menempatkan dimana dirinya berada. "Saya pun kalau di lingkungan rumah tunduk pada RT dan RW," kata mantan Kepala Bappeko ini. Menurutnya, melalui peringatan Hari Kartini memberi semangat dan perjuangan pada dirinya untuk tidak terlena dengan jabatan yang diemban. "Supaya saya tahu, bahwa saya juga ibu rumah tangga. Ibu bagi anak-anak saya," katanya. Untuk itu, Risma yakinan, perempuan yang berhasil dalam karirnya juga seharusnya bisa berhasil pula dalam membina keluarganya. "Sekali lagi saya ucapkan selamat Hari Kartini. Semoga semangat perjuangan RA Kartini dapat menjadi inspirasi bagi seluruh wanita nusantara," kata wali kota yang masuk jajaran 50 pemimpin terbaik versi Fortune. Kartini di Era Globalisasi Semua perempuan di Indonesia saat ini sepakat untuk perlunya berterimakasih pada sosok Kartini. Sebab sosok Kartinilah yang mampu menyetarakan derajat perempuan dengan laki-laki. Atas kegigihannya, kini perempuan bisa memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Mulai dari pendidikan, pekerjaan, karir, dan juga tingkatan social. Tapi apakah cita-cita besar Kartini saat ini sudah benar tercapai? Lalu bagaimanakah sejatinya menjadi seorang Kartini di era globalisasi seperti sekarang ini? Berikut ini adalah tanggapan para Kartini yang kiini menduduki kursi legislatif di DPRD Surabaya. Reni Astuti, anggota Komisi D DPRD Surabaya dari Partai PKS mengatakan sebagai perempuan patut untuk mengapresiasi perjuangan Kartini untuk mewujudkan emensipasi perempuan. Meski saat ini emansipasi sudah diartikan secara luas dan segala bidang, namun yang perlu kita ingat, pada dasarnya Kartini memperjuangkan emansipasi untuk mendorong agar perempuan bisa setara dengan pria dalam hal mencari ilmu. "Satu yang saya ingat betul adalah pemikiran Kartini, dalam bukunya ia berkata Aku menginginkan pendisikan untuk mendidik generasiku, bagaimana kamu bia memiliki generasi yang baik jika kamu kaum perempuan tidak punya bekal ilmu untuk mendidik generasimu," katanya. Serta yang juga perlu dicamkan, konteks emansipasi jangan dipahami sebagai semangat untuk bersaing dengan kaum adam. "Kita di dunia ini untuk saling melengkapi, terlebih jika dalam keluarga, perempuan harus tetap memahami kodratnya sebagai perempuan yang patuh dan taat pada suaminya," katanya. Begitu halnya yang dikatakan Luthfiyah, anggota Komisi A dari Partai Gerindra. Dalam peringatan Hari Kartini ini, lanjut dia, perempuan mengambil nilai-nilai semangat dari sosok Kartini untuk memotivasi kita. Namun tetap dalam memaknai emensipasi, perempuan tidak boleh memgantikan kebebasan yang dimiliki saat ini secara bebas tanpa arah. Memang kita sudah diberi kebebasan untuk mengaktulisasikan diri dalam berbagai hal. "Kita boleh berkarir selevel dengan laki-laki. Menjadi pemimpin juga dibolehkan. Tapi tetap tidak boleh keblabasan. Emansipasi tetap harus memegang nilai-nilai agama. Contohnya meski kita saat ini menduduki jabatan yang tinggi, namun perempuan juga tidak boleh lupa kewajibannya sebagai seorang istri di rumah tangga," katanya. Ketua Fraksi PKB DPRD Surabaya Laila Mufidah menatakan perjuangan Kartini walau bagaimana pun harus diapresiasi. Termasuk salah satunya dengan melakukan perayaan kecil-kecilan hari Kartini. "Saya mengapresiaisi jika sekarang peringatan Hari Kartini selalu menjadi momen penting yang diperingati di sekolah-sekolah. Bukan untuk euphoria, namun menurut saya para generasi muda saat ini perlu untuk kemabli disadarkan tentang tokoh-tokoh pahlawan," katanya. Termasuk Kartini, jangan sampai generasi saat ini justru tidak kenal dengan sosok Kartini. Paling tidak dengan mengenal siapa Kartini, maka generasi muda akan bisa sedikit demi sedikit mengambil nilai-nilai positif dari sosok Kartini. Terutama tentunya adalah semangatnya dalam menuntut ilmu dan belajar. Tentang bagaimana dia dulu memperjuangan dengan giguuh agar semua perempuan bisa sekolah. Dengan paham atas perjuangan ini, maka generasi muda akan mensyjuiri dan memnafaatkan jaman emansipasi ini dengan baik dan benar. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015