Surabaya (Antara Jatim) - Seorang siswa tunadaksa di SMAN 10 Surabaya, Jawa Timur, mengikuti ujian nasional berbasis komputer (CBT atau "computer based test"), sedangkan tiga rekannya yang berkebutuhan khusus mengikuti UN manual. "Tiga 'ABK' (anak berkebutuhan khusus) di sini mengikuti UN manual, meski semua siswa di sini mengikuti UN CBT," kata Kepala SMAN 10 Surabaya Hasanul Faruq kepada Antara di sela sidak UN oleh Gubernur Jatim Soekarwo di sekolah setempat, Senin. Ia menjelaskan sekolahnya memiliki empat ABK, namun tiga ABK mengikuti UN manual atau UN "PBT" (paper based test), karena ketiganya merupakan penyandang tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita (autis). "Jadi, ketiganya masing-masing didampingi seorang pendamping, sedangkan satu anak lagi yang penyandang tunadaksa mengikuti UN CBT bersama rekan-rekannya yang lain dalam ruangan reguler, karena dia secara umum masih seperti anak normal, kecuali kaki yang cacat," ungkapnya. Menurut dia, ada 299 siswa yang mengikuti UN 2015 di sekolah yang dipimpinnya, namun mayoritas mengikuti UN CBT dan hanya tiga di antaranya mengikuti UN manual, karena dia merupaakan anak berkebutuhan khusus (ABK). "Ke-299 siswa itu mengikuti UN dalam tiga sesi, karena kami mengikuti POS (prosedur operasional sekolah) untuk menyediakan 100 unit komputer UN CBT dengan tambahan 10 persen untuk cadangan bila terjadi sesuatu," tuturnya. Selain itu, pihaknya juga mengikuti POS untuk menyediakan generator set (genset) berdaya 40.000 watt untuk mengantisipasi bila listrik swaktu-waktu mati.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015