Surabaya (Antara) - Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI untuk Australia Prof Ronny Rachman Noor menilai Flinders University telah membangun "jembatan emas" selama 50 tahunan dalam hubungan diplomasi Australia-Indonesia. "Apa yang terjadi di tingkat pemerintahan berbeda sekali dengan kondisi di kalangan masyarakat," katanya dalam surat elektronik yang diterima Antara dari panitia simposium di Flinders University Victoria Square, Adelaide, Australia, Sabtu. Dalam simposium bertema "Influencing Effective South Australian Engagement with Indonesia through Soft Diplomacy and People to People Links" yang digelar Flinders University International Centre, ia menyatakan kerja sama pendidikan dan kebudayaan antara warga negara Indonesia dan Australia berjalan harmonis. Bahkan, di ranah politik pun, ia optimistis dengan bergulirnya New Colombo Plan, sebuah program beasiswa pengiriman pelajar Australia ke kawasan Indo Pacific, termasuk Indonesia, yang disetujui Partai Buruh dan Partai Liberal. "Hal tersebut menunjukkan betapa pemerintah Australia tetap ingin menjaga hubungan baik dengan Indonesia," kata Ronny yang juga menghadiri malam persiapan INDOFest 2015 yang menyuguhkan penampilan kebudayaan dan kesenian Indonesia yang melibatkan dua warga negara sekaligus. Dalam simposium yang dihadiri kalangan akademisi, profesional, dan pekerja sosial dari Australia itu, Prof Ronny memberikan apresiasi yang sangat tinggi terhadap Flinders University yang puluhan tahun membangun inisiatif untuk menciptakan kerja sama Australia dan Indonesia. "Flinders University telah berperan membangun tiga jembatan emas untuk diplomasi antara Indonesia-Australia yakni pendidikan, kebudayaan, dan kesenian," katanya. Bukan suatu kebetulan pula jika Flinders University pun mempunyai program kerja sama Australia-Indonesia yang diberi nama "Jembatan". Dalam kesempatan itu, Direktur Akademik "Jembatan" Dr Priyambudi Sulistiyanto (Budi) memaparkan kegiatan-kegiatan yang diwadahi di dalamnya. Misalnya, program-program pengenalan Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah; menyediakan platform untuk kegiatan-kegiatan pengembangan profesional dalam bahasa dan kebudayaan Indonesia untuk para guru, pemerintah, dan industri; dukungan terhadap event-event kebudayaan Indonesia; dan sebagainya. Budi menegaskan bahwa seluruh program "Jembatan" sejalan dengan inisiatif pemerintah Indonesia yang sedang membangun Rumah Budaya di 10 negara, termasuk di Australia, sebagai pusat promosi Indonesia. Untuk itu pula, ia menambahkan "Jembatan" akan memfasilitasi peningkatan berbagai bentuk kerja sama sosial dan budaya pemerintah Australia Selatan dan Indonesia dengan mendirikan Rumah Budaya di Flinders University pada tahun 2017. "Sejatinya, Jembatan merupakan bentuk diplomasi halus yang efektif untuk selalu mengeratkan hubungan Indonesia-Australia," kata Budi menutup paparannya. Optimisme senada juga dikemukakan Yvette Cole yang terlibat langsung dalam program pengenalan kebudayaan Indonesia oleh warga negara Indonesia yang tinggal di Adelaide yang ditampilkan di sekolah-sekolah. Berdasarkan pengalamannya, ia melukiskan, "Anak-anak Australia sangat antusias dengan program ini. Dari kegiatan-kegiatan kebudayaan yang rutin seperti inilah akan mampu menciptakan saling pemahaman," katanya. Idem dito, Chairman Australia Indonesia Business Council - South Australia, Steven Baker, menuturkan betapa peluang kerja sama dua negara dalam dunia bisnis akan terus berkembang, mengingat telah terciptanya kepercayaan satu sama lain. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015