Surabaya (Antara Jatim) - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim) Tbk optimistis pelaksanaan spin-off unit usaha syariah (UUS) menjadi bank umum syariah (BUS) terealisasi pada awal tahun 2017. "Keyakinan itu dikarenakan kami sudah memiliki ketersediaan modal disetor untuk pendirian bank umum syariah," kata Direktur Agrobisnis dan Usaha Syariah Bank Jatim, Tony Sudjiaryanto, ditemui pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) Tahun Buku 2014, di Surabaya, Rabu. Ia mengungkapkan, hal itu sesuai Peraturan Bank Indonesia (BI) Nomor 11/10/PBI/2009 tanggal 19 Maret 2009 tentang pendirian bank umum syariah. Pada ketentuan itu disebutkan bahwa modal disetor untuk pendirian bank itu minimal mencapai Rp500 miliar dan paling lambat sebelum tahun 2023. "Oleh sebab itu, kini kami sedang mempersiapkan segala sesuatunya termasuk menyediakan modal Rp200 miliar," ujarnya. Kemudian, jelas dia, dalam waktu dekat pelaku perbankan yang menunjukkan kinerja keuangan untuk total aset, kredit, DPK, dan laba menduduki peringkat pertama untuk level bank go public itu akan menambah permodalannya senilai Rp100 miliar. Dengan demikian, pada tahun 2015 total modal untuk spin-off UUS menjadi bank umum syariahnya menjadi Rp300 miliar. "Pada tahun 2016 kami akan menambah lagi modal tersebut sebanyak Rp200 miliar," katanya. Mengenai penghimpunan aset unit usaha syariah, yakin dia, pada tahun 2015 ditargetkan mencapai Rp1,8 triliun. Keoptimisan itu seiring dengan permintaan pemegang saham mayoritas yakni Pemerintah Provinsi Jatim, untuk melakukan spin off pada tahun 2016. "Namun, disebabkan ada beberapa hal yang perlu disiapkan kami lakukan spin-off itu awal tahun 2017. Khususnya, jika aset unit usaha syariah sudah mencapai Rp2 triliun," katanya. Untuk meningkatkan penghimpunan aset, tambah dia, Bank Jatim gencar membuka jaringan syariah. Pada tahun 2013 pihaknya mempunyai satu kantor cabang syariah di Surabaya. Tahun 2014, membuka dua kantor cabang baru dan tahun 2015 direncanakan menambah tiga cabang lagi masing-masing di Madiun, Gresik dan Jember. "Ketiga daerah ini dinilai potensial karena banyak lembaga keuangan nonbank bisa digandeng untuk memperbesar pembiayaan syariah. Pada 2013 dengan satu cabang, aset unit usaha syariah Bank Jatim mencapai Rp 407 miliar," katanya. Tahun lalu, sebut dia, dengan dua cabang aset bisa meningkat menjadi Rp1,2 triliun. Kemudian dengan tiga cabang baru tahun ini diharapkan aset bisa meningkat menjadi Rp1,8 triliun. Selain itu, penambahan kantor cabang ini juga diharapkan mendongkrak DPK menjadi Rp1,4 triliun pada tahun 2015 dari posisi Rp1 triliun tahun lalu. "Dari sisi pembiayaan, diharapkan tahun 2015 tumbuh menjadi Rp1,2 triliun dari posisi tahun lalu sebesar Rp540 miliar," katanya. Pada RUPS LB tersebut, mantan Direktur Utama Bank UMKM Jatim, R Soeroso dipilih menjadi Direktur Utama Bank Jatim periode 2015-2019 dan menggantikan Direktur Utama sebelumnya, Hadi Sukrianto yang kini menjabat Komisaris Bank Jatim periode 2015-2018. Kemudian, Direktur Bisnis Menengah dan Koperasi, Djoko Lesmono yang memasuki masa pensiun digantikan oleh Su'udi. Berikutnya, jajaran direksi yang tetap di posisinya antara lain Direktur Kepatuhan Bank Jatim, Eko Antono, Direktur Agrobisnis dan Usaha Syariah Bank Jatim, Tony Sudjiaryanto, dan Direktur Operasional Bank Jatim, Rudie Hardiono.(*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015