Jember (Antara Jatim) - Jumlah penderita Tuberculosis (TBC) di Kabupaten Jember, Jawa Timur, mencapai 2.054 kasus yang tersebar hampir merata di 31 kecamatan di kabupaten setempat. "Penderita TBC terbanyak berada di kantong-kantong kemiskinan karena sebagian besar penderita adalah warga miskin seperti di Kecamatan Sumberjambe dan Jelbuk," kata Humas Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember, Yumarlis di Kabupaten Jember, Selasa. Data di Dinas Kesehatan Provinsi Jatim mencatat Kabupaten Jember menduduki peringkat kedua untuk daerah tertinggi penderita TBC, setelah Surabaya dan peringkat ketiga adalah Pasuruan. Dari 2.054 penderita, lanjut dia, sebanyak 80 persen tertangani karena minum obat secara rutin, sedangkan sisanya 20 persen putus berobat karena berbagai faktor. "Dinkes menyediakan pengobatan gratis kepada penderita TBC yang tersebar di 31 kecamatan dan pengobatan harus dilakukan selama enam bulan secara rutin, namun angka kegagalan (drop out) pengobatan penyakit paru-paru itu masih terjadi mencapai 20 persen," tuturnya. Menanggapi data Dinkes Jatim yang menempatkan Jember menduduki peringkat kedua tertinggi penderita TBC, Yumarlis mengatakan parameter yang dijadikan acuan pemeringkatan tersebut kemungkinan tidak dibandikan dengan jumlah penduduk setempat. "Kalau berdasarkan jumlah kasus, memang penderita TBC di Jember cukup banyak mencapai 2.054 orang, namun kalau dibuat perbandingan dengan jumlah penduduk Jember sebanyak 2,5 juta jiwa, maka Jember menempati urutan ke-11 penderita TBC di Jatim," paparnya. Yumarlis mengatakan jumlah penderita TBC yang kebal terhadap obat sebanyak 55 orang dan hal tersebut terjadi karena tidak patuh untuk mengonsumsi obat yang diberikan selama enam bulan, sehingga penderita itu kebal terhadap obat TBC. "Pengobatan penderita TBC biasanya membutuhkan biaya sebesar Rp1,5 juta per orang hingga dia sembuh, namun kalau kasus penderita yang sudah kebal obat maka membutuhkan biaya hingga Rp150 juta karena pengobatannya cukup kompleks," ungkapnya. Dalam rangka momentum peringatan Hari TBC Sedunia pada 24 Maret 2015, Yumarlis mengimbau kepada keluarga penderita TBC untuk mendampingi pasien TBC patuh berobat, sehingga bisa sembuh total. "Dinkes juga melakukan program pendampingan minum obat (PMO) kepada penderita TBC untuk menekan angka putus berobat, sehingga ada pendamping yang bisa mengingatkan pasien untuk mengonsumsi obat selama enam bulan," katanya. Selain itu, kata dia, di Jember juga terbentuk Tim Public Privetemix Tuberculosis (PPM-TB) yang diketuai oleh Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jember dr Hendro Sulistyono yang didukung sejumlah lintas sektor. "Dengan adanya PPM-TB diharapkan kasus TBC yang kebal obat dapat ditekan, sehingga beberapa tahun ke depan Jember diharapkan bebas TBC," ujarnya.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015