Surabaya (Antara Jatim) - Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Madya TNI Ade Supandi menyatakan pihaknya menyiapkan enam pangkalan penyanggah di kawasan perbatasan guna mendukung kebijakan poros maritim. "Selain pangkalan utama TNI AL (Lantamal), kita juga membangun pangkalan penyanggah di wilayah perbatasan," katanya setelah membuka tiga acara strategis yang diikuti 541 pamen-pati TNI AL di Grha Samudera Bumimoro (GSB) Surabaya, Jatim, Senin. Di sela Apel Komandan Satuan (AKS) Tahun 2015, Olah Yudha Renstra TNI AL Tahun 2016, dan 'Workshop' Penegakan Hukum di Laut (26-28 Januari), ia menjelaskan enam pangkalan penyanggah itu terdiri dari tiga pangkalan di wilayah Armabar dan tiga pangkalan di wilayah Armatim. "Keenam pangkalan penyanggah itu akan dibangun di Jakarta, Sumatera, dan Tanjungpinang untuk wilayah barat, lalu di Sulut, Palu, dan NTT untuk wilayah timur, sehingga kalau ada kasus 'illegal fishing' di timur, misalnya, tidak harus ditangani jajaran TNI AL dari Surabaya," ujarnya. Selain itu, pihaknya juga akan meningkatkan jumlah alutsista secara bertahap, di antaranya penambahan kapal patroli cepat PC-60 yang sudah bisa dirancang di galangan dalam negeri. "Kita sudah memiliki delapan kapal patroli cepat, tapi kita proyeksikan 44 kapal patroli cepat, karena idealnya kita memang harus memiliki 40-60 kapal patroli cepat untuk menekan tindak pidana 'illegal fishing'. Kalau 'illegal fishing' dapat ditekan maka jumlah ikan akan meningkat, sehingga menguntungkan nelayan dan industri perikanan," tuturnya. Namun, kapal patroli cepat itu bukan kapal patroli untuk pangkalan, melainkan kapal patroli yang siap di lapangan, sehingga membutuhkan anggaran bahan bakar, karena itu pengadaannya harus bertahap. Selain kapal patroli untuk operasi "illegal fishing", TNI AL juga memperkuat alutsista untuk bantuan penanganan bencana alam. Rencananya, "salvage" atau kapal SAR yang canggih buatan Prancis akan tiba di Indonesia pada Februari 2015. "Sayang sekali, kapal SAR dari Prancis itu tidak datang saat kita menangani jatuhnya pesawat AirAsia, padahal kapal itu memiliki peralatan SAR yang canggih," ucapnya. Kendati demikian, pihaknya bersama Basarnas telah mampu mendeteksi badan pesawat AirAsia di dasar laut. "Tinggal, kita lakukan pengangkatan," tukasnya. Di hadapan ratusan peserta tiga acara strategis dengan pembicara Menko Kemaritiman Dr Ir Dwisuryo Indroyono Soesilo MSc, Menko Polhukam Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhy Purdijatno, dan Satgas Pemberantasan IUU Fishing itu, KSAL juga menekan pentingnya interaksi anggota TNI AL dengan rakyat untuk mengembangkan budaya maritim. "Saya harapkan apa yang didapat dari apel, diskusi, dan 'workshop' kali ini akan ditularkan kepada anggota di bawah, sehingga ada persepsi yang sama dan ada kesatuan pemahaman terkait kebijakan kemaritiman," katanya dalam kegiatan yang diikuti ratusan peserta dari seluruh jajaran AL.(*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 1970