Blitar (Antara Jatim) - Dokter HA, yang ditangkap pemerintah Malaysia diduga terlibat ISIS, jarang berkomunikasi dengan tetangga di Jajar, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, kata seorang perangkat desa setempat. Menurut perangkat Desa Jajar, Nurudin, keberadaan HA yang berprofesi sebagai dokter umum, kemungkinan membuat dirinya jarang memiliki kesempatan bergaul dan berkomunikasi dengan para tetangga. "Kalau ibunya baik-baik saja dengan tetangga, jika ada yang punya hajat ataupun ada warga yang meninggal dunia mau datang," katanya kepada wartawan, Rabu. Ia mengatakan, HA (yang dideportasi pemerintah Malaysia) memang sudah tinggal di desa ini bersama ayahnya, Latif. Ia awalnya kelahiran Surabaya, tapi ikut dengan kedua orangtuanya tinggal di Desa Jajar, Kecamatan Talun. HA, kata dia, juga jarang bersosialisasi dengan para tetangga, terlebih lagi setelah ayahnya meninggal dunia. Ia pun juga tidak begitu kenal dengan yang bersangkutan, sebab jarang bertemu. Sebelumnya diketahui, 12 warga negara Indonesia ditangkap Polisi Detasemen Khusus Malaysia, karena diduga masuk menjadi anggota teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) cabang Malaysia dan akan berangkat ke Suriah. WNI itu berasal dari berbagai daerah di Jatim, seperti dari Kabupaten Magetan, Surabaya, Sampang, Lamongan, bahkan Blitar. Mereka akan dideportasi ke Indonesia dengan menumpang Pesawat Garuda Indonesia. Salah satu yang ditangkap itu adalah HA (35), warga Desa Jajar, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar. Pria yang berprofesi sebagai dokter umum itu ditangkap bersama dengan istrinya, LM (26) serta anak mereka yang masih berusia satu tahun. Sementara itu, rumah keluarga pasangan itu di Desa Jajar juga terlihat sepi. Pintu gerbang rumahnya tertutup rapat dan digembok. Sejumlah tetangga mengaku tidak mengetahui apakah masih ada yang tinggal di dalam rumah itu atau dibiarkan kosong. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014