Surabaya (Antara Jatim) - Ketua Umum PBNU Prof Dr KH Said Aqil Siroj MA menjadi guru besar bidang tasawuf di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, setelah menunggu selama empat tahun lebih (2010-2014). "Proses Kiai Said Aqil menjadi guru besar itu empat tahunan, karena berkasnya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sempat menghilang," kata Sekjen Kemenag Prof Dr H Nur Syam MSi, saat menghadiri pengukuhan itu di Surabaya, Jatim, Sabtu. Di hadapan mantan Mendikbud Mohammad Nuh, Menristek Prof Muhammad Nasir, Mensos Khofifah, Menteri PDT Marwan Djakfar, Rais Aam Syuriah PBNU KH Mustofa Bisri, Wagub Jatim H Saifullah Yusuf, dan sejumlah ulama, ia menyebut M Nuh berjasa dalam pengukuhan KH Said Aqil Siroj itu. "Pengukuhan Kiai Said bisa terlaksana sekarang (29/11), karena permintaan Pak Nuh saat menjadi Mendikbud kepada Rektor UIN Sunan Ampel Prof Abd A'la untuk memproses pengukuhan Kiai Said Aqil di Surabaya saja agar cepat," ungkapnya. Sementara itu, Prof KH Said Aqil Siroj MA dalam pidato pengukuhannya menegaskan bahwa modernitas telah gagal, karena materi dan rutinitas kerja justru menghancurkan makna kehidupan. "Modernitas itu memang ada sisi positif dalam kemajuan material dan teknologi, tapi modernitas juga meminggirkan manusia dari eksistensinya hingga terjadilah kelelahan hidup," ujarnya. Menurut doktor alumnus Ummul Qurra Mekkah itu, kehancuran makna hidup mendorong manusia melirik agama, kearifan lokal, tasawuf, dan spiritualitas. "Tasawuf bukan sekadar memperbanyak ibadah, sedekah, tarekat, surga-neraka, dan pengasingan (zuhud), melainkan adanya nur dari Allah, meninggalkan nafsu, dan dzikir. Jadi, tasawuf itu revolusi spiritualitas yang lebih tinggi daripada revolusi mental (=program kerja Presiden Jokowi)," tukasnya. (*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014