Oleh Kelik Dewanto Jakarta (Antara) - Pemerintah mempertimbangkan penurunan harga bahan bakar minyak bersubsidi, menyusul terus menurunnya harga minyak mentah sekarang ini. Menteri ESDM Sudirman Said di Jakarta, Jumat mengatakan, pemerintah mencermati perkembangan harga minyak dunia yang kini sudah berkisar di 70 dolar AS per barel. "Prinsipnya, harga BBM subsidi tidak boleh melewati harga keekonomian," ucapnya. Namun demikian, ia belum menjelaskan periode waktu perhitungan harga BBM keekonomian apakah dalam waktu satu bulan, tiga bulan, atau bahkan satu tahun, sebagai dasar penurunan harga BBM subsidi. Sudirman juga mengatakan, sejumlah pengamat ekonomi meminta agar pemerintah tidak menurunkan harga BBM subsidi, meski harga minyak turun. "Pemerintah sudah setengah mati menyesuaikan harga BBM subsidi mendekati ke keekonomian," ujarnya. Kenaikan harga BBM merupakan upaya mengalihkan subsidi BBM dari konsumtif ke produktif. "Harga BBM subsidi yang mendekati keekonomian, juga mengurangi penyelundupan, karena disparitas makin sempit," tutur Sudirman. Kenaikan harga BBM subsidi, lanjutnya, juga merupakan upaya masyarakat memiliki daya saing tinggi. Sebelumnya, Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina (Persero) Hanung Budya mengatakan, harga keekonomian premium pada November 2014 sebesar Rp9.200 per liter. Harga keekonomian tersebut memakai basis harga rata-rata di pasar Singapura (MOPS) untuk premium pada Oktober 2014 sebesar 96 dolar per barel. Kalau kurs Rp12.100 per dolar, maka harga keekonomian premium didapat Rp9.200 per liter. Sedangkan, harga rata-rata MOPS premium pada periode 1-15 November 2014 turun menjadi 90 dolar per barel. Sementara, kalau menghitung selama setahun, maka harga MOPS masih di atas 100 dolar per barel.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014