Jember (Antara Jatim) - Bagi yang sering melintasi perbatasan Kabupaten Jember-Banyuwangi tentu tidak asing dengan kawasan Gunung Gumitir yang berkelok-kelok dengan pemandangan alam asri dan hawa yang sejuk. Tepat di ketinggian 600 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan berjarak sekitar 39 kilometer dari Kota Jember atau sekitar 60 kilometer dari Banyuwangi, terdapat sebuah kafe dan "rest area" Gumitir yang dikelola oleh Kebun Gunung Gumitir PT Perkebunan Nusantara XII (Persero). Rest Area yang berdiri sejak tahun 2010 itu, kini menjadi tujuan para pengendara yang melintas di jalur Gumitir ataupun wisatawan yang sengaja datang ke tempat yang merupakan titik tertinggi di Gunung Gumitir itu. "Awalnya kami hanya menyediakan kopi dan bermacam-macam gorengan karena memang hanya jadi rest area," kata Manajer Kebun Gunung Gumitir Ari Restiyanto. Kemudian setahun berjalan, kata dia, respon masyarakat cukup bagus dan pengunjung cukup ramai, sehingga pihaknya mengelola tempat tersebut dengan maksimal. "Tidak hanya sebagai tempat peristirahatan saja, kami juga menyajikan wisata kuliner dengan menu makanan andalan seperti sup iga, ayam pedas, ayam goreng laos, dan soto," tuturnya. Selain menu makanan, tentu saja andalan Kebun Gunung Gumitir yang merupakan perkebunan penghasil kopi jenis robusta yang ditanam di kebun dengan ketinggian 450 mdpl selalui tersaji di kafe tersebut. Selain bisa menikmati panorama perbukitan dan kawasan perkebunan kopi yang bisa dilihat dari rest area tersebut, pihak pengelola juga menyediakan areal permainan anak-anak, "outbound", "flying fox", dan kereta wisata yang bisa berkeliling di sejumlah lokasi sambil melihat aktivitas para pemetik kopi. "Kami memiliki aneka kopi seperti robusta, arabika dan kopi luwak, namun kopi yang paling favorit di sini dan menjadi andalan adalah kopi luwak," ungkapnya. Kopi luwak arabica dibanderol dengan harga Rp85.000 per cangkir dan bubuknya dijual Rp125.000 per 160 gram. Namun, bagi yang tidak ingin mencicipi kopi luwak, kopi tubruk arabica dan robusta juga bisa dinikmati di kafe yang berada di alam terbuka itu. KA dan Kursi Raksasa Pengunjung juga bisa berkeliling lokasi rest area sambil menikmati perjalanan "eco-tourism" dengan naik kereta wisata atau kereta kelinci yang melewati terowongan kereta api yang dibangun oleh Belanda tahun 1901 dan pabrik pengolahan kopi yang juga dibangun pemerintahan kolonial Belanda. Wisatawan bisa melihat lebih dekat salah satu terowongan kereta api terpanjang di Indonesia tersebut, bahkan berfoto ria di depan peninggalan zaman kolonial Belanda tersebut cukup mengasyikkan. Setelah puas melewati terowongan, kemudian pengunjung diajak mengunjungi pabrik pengolahan kopi milik Kebun Gunung Gumitir dan dalam perjalanan menuju pabrik itu melewati bawah jalur kereta api dan jalur yang melintasi lembah dengan ditopang tiang-tiang raksasa yang kokoh. Bagi yang suka menunggang kuda, anda juga bisa berkeliling santai sambil menyusuri jalan setapak di tengah kebun kopi dan kaki bukit atau pengunjung bisa menggunakan kendaraan "off-road" karena tempat itu menyediakan ATV 110 cc dan 250 cc, serta mobil jeep willys. Di akhir rute perjalanan, pengunjung juga diberi kesempatan untuk menengok kompleks perumahan buruh perkebunan yang berjajar rapi dan rumah dinas administratur, rumah-rumah yang dibangun pada tahun 1984 terlihat masih terawat dengan baik. Di pabrik pengolahan kopi, wisatawan bisa melihat proses pengolahan kopi dan sortir kopi yang dilakukan oleh puluhan orang pekerja. Hmm, satu hal lagi yang unik dan menyita perhatian banyak pengunjung di Kafe dan Rest Area Gumitir yakni sebuah kursi kayu raksasa berukuran 3 x 3 meter dengan tinggi alas kursi 2,5 meter dan tinggi sandaran kursi 5,3 meter. Kursi tersebut dibuat dari enam batang utuh kayu Segawe (Adentahera microsperma) yang berasal dari dalam afdeling Tanah Manis, Kebun Gunung Gumitir. Kursi raksasa itu menjadi lokasi pemotretan favorit bagi para pengunjung karena lokasinya yang tepat untuk melihat panorama pegunungan yang indah dan hamparan hijau perkebunan kopi. Salah seorang pengunjung dari Surabaya Rohmawati mengaku sangat menikmati perjalanan eco-tourism yang disuguhkan oleh pihak pengelola kafe gumitir. "Banyak pengetahuan yang didapat dari berkeliling lokasi di Kafe dan Rest Area Gumitir, bahkan kita bisa melihat peninggalan kolonial Belanda," tuturnya. Menurut dia, menikmati wisata di tempat tersebut bisa menghilangkan rasa lelah dan penat selama perjalanan dari Banyuwangi, serta menyegarkan tubuh dengan menyruput kopi andalan Kebun Gunung Gumitir bersama teman-teman. Nah, bagi anda yang melewati jalur Gumitir di perbatasan Kabupaten Jember-Banyuwangi, sangat sayang jika melewatkan tempat itu untuk beristirahat sekaligus menikmati sensasi perjalanan wisata yang cukup menyenangkan di kebun kopi. Bagi penikmat kopi, tentunya anda harus mampir untuk mencicipi sejumlah jenis kopi yang disajikan di Kafe Gumitir dan membawa oleh-oleh kopi luwak atau robusta yang mantap dari Kebun Gunung Gumitir.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014