Malang (Antara Jatim) - Warga yang menolak jalur satu arah di lingkar Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, terus meluas karena ada tiga kelurahan yang bergabung mendukung gerakan warga Penanggungan yang selama ini getol menyuarakan penolakan kebijakan tersebut. Koordinator lapangan warga Kelurahan Penanggungan, Kecamatan Klojen, Muhammad Muzaki di Malang, Senin mengatakan saat ini yang menentang kebijakan jalur satu arah lingkar Universitas Brawijaya (UB) bukan hanya warga Penanggungan, tapi keluarhan lain yang terimbas, yakni Dinoyo, Ketawanggede dan Sumbersari pun ikut bergabung menyuarakan aspirasinya. "Kami dari empat kelurahan yang terimbas jalur satu arah ini akan turun jalan bersama-sama setelah pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla di Istana Negara yang digelar hari ini (Senin, 20/10)," katanya. Bahkan, lanjutnya, dukungan warga dari tiga kelurahan lainnya itu sudah ditunjukkan dengan memasang spanduk dan baliho penolakan satu arah dengan ukuran cukup besar di Jalan Gajayana dan sebagian di kawasan Universotas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim. Sementara pembina warga Kelurahan Penanggungan, Imam Sujai, mengaku sebenarnya warga tidak ingin melakukan aksi turun jalan, apalagi sampai memblokade jalan poros di Jalan DI Panjaitan kalau saja Pemkot Malang merespon dan mendengarkan aspirasi masyarakat, sebab warga sudah lelah melakukan komunikasi dengan pemkot terkait jalur satu arah di lingkar UB ini. Menurut dia, warga sudah datang ke balai kota dan ke gedung dewan, tapi tetap saja tidak ada respon, sehingga warga lelah dan aksi memblokade jalan ini merupakan puncaknya. "Aksi ini murni aspirasi warga dan harapan kami Wali Kota Moch Anton mendengarkan keinginan dan suara hati nurani kami," ujarnya. Ia menegaskan perjuangan warga menolak jalur satu arah lingkar UB sudah sampai pada titik nadir, bahkan seluruh Ketua RT, RW dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat kelurahan (LPMK) sudah mengundurkan diri dari jabatannya untuk mendukung aksi warga. Jika kondisi ini berlarut-larut tanpa ada RT dan RW, bagaimana kalau ada penyusup karena tidak ada yang bertanggungjawab di tingkat paling bawah, yakni RT dan RW. "Jujur kami semua kecewa dengan sikap Wali Kota Malang, Moch Anton, yang tetap mengabaikan aspirasi warga, bahkan wali kota berkomentar yang justru membakar emosi warga. Seharusnya, wali kota bisa meredam dan menyejukkan hati warga, bukan sebaliknya malah memprovokasi warga dan megadu domba," tandasnya. Sejak diberlakukannya jalur satu arah di lingkar UB selama satu tahun ini, warga Kelurahan Penanggungan tidak pernah berhenti berkomunikasi dengan Pemkot Malang dan meminta agar dikembalikan menjadi dua arah karena di kawasan itu sering terjadi kecelakaan, bahkan jalan perkampungan pun rusak karena menjadi jalur alternatif bagi kendaraan, khususnya roda dua. Meski diberlakukan jalur satu arah, kebijakan tersebut hanya berlaku bagi kendaraan priibadi saja karena angkutan kota (angkot) masih tetap boleh melawan arus alias tetap dua arah.(*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014