Surabaya (Antara Jatim) - Bank Indonesia (BI) Kantor Wilayah IV Jawa Timur menggaet Universitas Airlangga (Unair) Surabaya guna menyoliasasi penggunaan uang elektronik karena masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebijakan pemerintah tersebut. "Saat ini, pengguna uang elektronik di Indonesia baru terlihat di perdagangan ritel yakni hanya 0,6 persen. Sementara untuk penggunaan uang tunai sudah mencapai 99,4 persen," kata Kepala Divisi Kebijakan dan Pengembangan Sistim Pembayaran BI, Yura A Djalins, di sela Seminar Gerakan Nasional Non Tunai di Universias Airlangga (Unair) Surabaya, Rabu. Sementara, ungkap dia, jika dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia maka Indonesia masih lebih tinggi. Di kedua negara itu hanya 97,2 persen dan 92,3 persen. Bahkan dengan Singapura, transaksi uang tunai di perdagangan ritel malah hanya 55,5 persen. "Uang elektronik sendiri adalah uang digital yang digunakan untuk transaksi internet dengan cara elektronik. Biasanya transaksi ini melibatkan penggunaan jaringan internet dan sistim penyimpanan harga digital," katanya. Uang elektronik itu, jelas dia, memiliki nilai tersimpan atau prabayar, di mana sejumlah nilai uang disimpan pada saat konsumen menggunakannya untuk pembayaran dengan berbagai macam jenis pembayaran. Sementara, hingga kuartal II 2014 uang eletronik yang digunakan orang Indonesia masih dibawah Rp12 miliar. "Besaran tersebut dengan jumlah transaksi sebanyak 25 juta," ujarnya. Sementara, tambah dia, penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK), yaitu kartu kredit, kartu ATM, dan kartu debet, juga masih rendah. Untuk kartu kredit tercatat sebanyak Rp750 miliar. Kemudian kartu debet atau ATM sebanyak Rp12 triliun hingga Rp14 triliun. "Rendahnya penggunaan uang elektronik dan non tunai lainnya ini karena masih adanya perilaku masyarakat yang lebih percaya dengan uang tunai. Mereka juga belum memahami keberadaan instrument non-tunai," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014