Sumenep (Antara Jatim) - Pemerhati seni dan kebudayaan, Jabatin Bangun menilai keragaman seni tabuh bedug harus dilestarikan sebagai bagian dari upaya menjaga budaya lokal. "Bedug itu sebenarnya alat tabuh universal. Tak hanya di Indonesia, akan tetapi juga di luar negeri. Tak hanya bentuknya, akan tetapi juga cara menabuhnya. Ini harus dilestarikan untuk menjaga budaya lokal," katanya di Sumenep, Jawa Timur, Senin malam. Jabatin berada di Sumenep dalam rangkaian acara "Bedug Asyiiik 2014" yang dilaksanakan Sampoerna Kretek di Lapangan Kapedi, Kecamatan Bluto. "Bedug bisa digabung dengan alat seni lainnya, salah satunya rebana, tergantung kreativitas pelaku seninya. Di Madura, saya melihat kreativitas itu terlihat nyata dalam bentuk 'daul'," ujarnya. Di Sumenep, kata dia, dirinya menyaksikan langsung latihan salah satu kelompok musik 'daul' di Kecamatan Dasuk. "Dari 'daul' sudah terlihat ada kreativitas warga Madura pada umumnya dalam seni tabuh bedug. Ini hal yang positif bagi perkembangan seni dan budaya. Tentunya harus dilestarikan sebagai bagian dari kebudayaan lokal," ucapnya. Jabatin menjelaskan, bedug sebenarnya sudah ada sejak zaman prasejarah dan digunakan sebagai simbol kepercayaan, seperti doa untuk ritual kesuburun tanah dan perayaan panen. "Di kalangan umat Islam, bedug juga populer, karena menjadi salah satu penanda masuknya waktu shalat. Seiring perkembangan zaman, bedug menjadi sarana ekspresi yang artistik yang dikolaborasikan dengan alat seni lainnya sebagaimana 'daul' di Madura," katanya. Sementara Branch Manager Sampoerna Kretek, Ria Sutrisno menjelaskan, Sumenep menjadi salah satu lokasi kegiatan yang digagasnya, karena di Pulau Madura memiliki keunikan tersendiri dalam seni tabuh bedug. "Ada 'daul' yang mampu menunjukkan kebersamaan bedug dengan alat-alat seni lainnya. Ini unik dan kami merasa wajib ambil bagian untuk melestarikannya dengan cara menggelar kegiatan," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014