Oleh Abd Aziz Pamekasan (Antara) - Ratusan warga Desa Sumber Waru, Pamekasan, Jawa Timur, Sabtu (19/7) malam melaporkan dugaan kasus pemerasan oleh oknum aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) terhadap Kepala Madrasah Ibtidaiyah Darul Mutaallimin di desa itu ke Mapolsek Waru. Warga yang melaporkan dugaan kasus pemerasan itu ke kepolisian berjumlah lebih dari 200 orang. Mereka itu merupakan orang tua dan wali murid di lembaga pendidikan Islam yang kepala sekolahnya diperas oleh oknum aktivis LSM tersebut. Selain melaporkan dugaan kasus pemerasan yang dilakukan oknum aktivis LSM itu, ratusan warga ini juga mencari warga setempat yang ditengarai menjadi dalang terjadinya kasus dugaan pemerasan terhadap Kepala MI Darul Mutaallimin, Ruspandi. "Saat ini situasi di Desa Sumber Waru tegang, dan para orang tua berkumpul semua di rumah Kepala MI, sebagian ada yang mencari oknum warga di desa yang diduga menjadi dalang terjadinya kasus pemerasan oleh oknum LSM itu," kata tokoh pemuda setempat, Munadi. Kapolres Pamekasan AKBP Nanang Chadarusman membenarkan adanya laporan ratusan warga serta pergerakan massa di Desa Sumber Waru, Kecamatan Waru, yang menyebabkan situasi di desa itu menjadi tegang. "Itu memang benar, dan Kapolsek Waru Iptu Junaidi saat ini sedang melakukan pendekatan kepada para orang tua dan wali murid untuk meredam situasi," kata Kapolres Nanang Chadarusman kepada Antara per telepon, Minggu dini hari. Tahun ini MI Darul Mutaallimin, Desa Sumber Waru, Kecamatan Waru mendapatkan program bantuan siswa miskin (BSM) senilai Rp31.995.000 dari APBN. Masing-masing siswa mendapatkan bantuan Rp575.000. Oleh pihak sekolah, program bantuan siswa miskin itu tidak diberikan kepada para penerima bantuan, akan tetapi dirupakan perbaikan gedung sekolah. Kebijakan pihak sekolah ini tidak dilaksanakan begitu saja, akan tetapi setelah melalui musyawarah mufakat bersama komite sekolah, para guru dan orang tua siswa di MI Darul Mutallimin itu. Bahkan para orang tua siswa menyatakan masih bersedia membantu kekurangannya secara suka rela, apabila dana BSM sejumlah Rp31.995.000 itu masih belum cukup untuk renovasi sekolah. Oleh salah satu LSM di Pamekasan, yakni LSM Gempar, kebijakan Kepala MI Darul Mutaallimin Ruspandi itu dipersoalkan, bahkan diancam hendak dilaporkan ke KPK. Utusan LSM mengaku, jika tidak ingin dilaporkan, maka pihak lembaga harus membayar uang tutup mulut. Karena tidak ingin memperkeruh suasana, terlebih menyangkut nama baik lembaga pendidikan Islam itu, maka Ruspadi memilih untuk memberikan uang tutup mulut, yakni sebesar Rp4 juta. Akan tetapi, kebijakan Ruspadi justru tidak disetujui bahkan diprotes para orang tua dan wali murid, karena menurut mereka, kebijakan dirinya itu bukan bentuk penyimpangan, sebab para orang tua dan wali murid telah menyetujuinya. "Yang datang kepada saya untuk minta uang dan mengaku dari LSM Gempar itu bernama Bukarah, Abd Rahem dan Akhmad Riadi," tutur Ruspandi. Orang tua dan wali murid di sekolah itu tidak hanya melaporkan kasus dugaan pemerasaan yang dilakukan ketiga orang itu, akan tetapi mereka juga mencari warga setempat yang diduga menjadi dalang terjadinya kasus pemerasan tersebut. Warga yang dicari para orang tua dan wali murid MI Darul Mutaalimin itu merupakan warga yang diduga memberitahukan ke pihak LSM Gembar itu. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014