Di tengah Pilpres 2014 yang ditingkahi dengan kompetisi menegangkan selama kurun April-Juli 2014, Majelis Permusyawaratan Pengasuh Pesantren Indonesia (MP3I) melontarkan harapan yang menyejukkan. "Pasca-pilpres, baik pasangan yang mendapat amanah rakyat maupun yang belum, untuk bekerja sama bahu membahu membangun bangsa dan negara Indonesia dalam mewujudkan amanat para pendiri bangsa yang terkanding di dalam Pembukaan UUD 1945," ucap Ketua Majelis Pembina MP3I KH. Salahuddin Wahid. Ya, pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur yang akrab disapa Gus Sholah itu mengemukakan hasil itu saat menyampaikan hasil pertemuan MP3I di pesantren setempat (8/7) yang dihadiri Ketua Majlis Mustasyar MP3I Letjend (Purn) Ir H Azwar Anas, Ketua Umum MP3I KHM Zaim Ahmad Ma'shoem, dan Sekjen MP3I Dr H Shofiyullah Muzammil MAg. Intinya, MP3I meminta capres Prabowo Subianto dan Joko Widodo untuk bekerja sama pasca-Pilpres, karena keduanya merupakan putra terbaik dari republik tercinta. "Akhir-akhir ini, kami menilai banyak sekali pernyataan dan aksi yang dikeluarkan berbagai pihak yang berpotensi menimbulkan perpecahan bangsa, sehingga pesta demokrasi yang seyogyanya dapat memberikan manfaat justru menyebabkan bangsa berpotensi terbelah," tukasnya. Atas hal tersebut, MP3I mengajak semua pihak untuk kembali mengingat amanah dalam Firman Allah SWT melalui Al Quran Surah Al-Imran ayat 103. Ayat itu berbunyi: "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk." Selain itu, MP3I juga mengingatkan sejarah Bangsa Indonesia yang sejak dahulu selalu menjadi sasaran berbagai kekuatan besar, dan lebih dari 350 tahun dijajah dengan politik "Devide et Impera" atau politik memecah belah persatuan. Dalam pernyataan sikapnya, MP3I menyitir tiga wasiat pendiri bangsa yakni fatwa para ulama pesantren di bawah pimpinan Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dengan Resolusi Jihad, pesan Bung Karno, dan pesan Panglima Besar Jenderal Soedirman. Fatwa para ulama pesantren di bawah pimpinan Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dalam Resolusi Jihad adalah kesediaan berkorban jiwa dan raga demi mempertahankan kemerdekaan melawan berbagai bentuk penjajahan. Sementara itu, Bung Karno berpesan "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri", sedangkan pesan Panglima Besar Jenderal Soedirman adalah "Dalam menghadapi keadaan apapun, jangan lengah, sebab kelengahan menimbulkan kelemahan, dan kelemahan menimbulkan kekalahan, sedangkan kekalahan menimbulkan penderitaan." Berangkat dari firman Allah dan pesan ketiga pendiri bangsa, MP3I mengajak seluruh elemen bangsa, terutama para elite politik untuk bersama-sama menjaga kerukunan dan persatuan bangsa untuk mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan kelompok. "Kepada pemegang hak pilih untuk menggunakan haknya dengan bertanggung jawab dan kepada pasangan yang mendapat amanah rakyat ataupun yang belum hendaknya bekerja sama bahu membahu membangun bangsa dan negara Indonesia," tandas adik kandung almarhum mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu. Tidak hanya itu, komunitas pesantren yang sejak lima abad lalu menjadi soko guru pendidikan di Nusantara menyambut baik dan mendukung sepenuhnya iktikad mulia pasangan yang mendapat amanat rakyat untuk mendayagunakan pesantren menuju kemandirian, kemajuan dan kesejahteraan untuk membangun Indonesia. (*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014